Sing Sabar Pak Jokowi
ANEKAFAKTA.COM,TANGERANG
Oleh Tubagus Soleh, Ketum Pucuk Umun BABAD BANTEN
Pak Jokowi di pecat PDIP. Kemudian PDIP memecat Gibran dan Bobby Nasution. Berita politik yang paling hot sepekan ini. Maklum saja, apapun tentang Pak Jokowi pasti akan menarik perhatian publik yang sangat besar.
Uniknya juga, Pak Jokowi merespon pemecatan dirinya oleh PDIP dengan tetap tenang, santai serta mampu mengendalikan diri dengan sangat baik.
Sikap tenang pak Jokowi mungkin bukan itu yang diharapkan oleh PDIP. Dalam hal ini, PDIP boleh dibilang gagal untuk memancing pak Jokowi agar bisa mengikuti irama permainan politiknya.
Seperti biasa, pak Jokowi merespon bahasa politik PDIP dengan bahasa yang sederhana, ya kalau tidak lagi diakui oleh PDIP berarti sekarang Partai Perorangan dong dengan mimik yang bersahaja.
Buat kita orang yang belum terbiasa dengan memikul beban berat tanggung jawab seperti pak Jokowi mungkin bisa terbaca dengan mudah kekesalan hati kita dari ekspresi wajah dan suara kita.
Kita bisa membayangkan, seorang kader bangsa yang telah mendedikasikan dirinya dan hidupnya untuk bangsa dan negara harus menerima kenyataan pahit di buang oleh partai yang telah membesarkannya. Lebih menyakitkan lagi hal itu diterima setelah tidak lagi memegang jabatan sebagai Presiden. Dan Kita pun sudah menyimak dengan seksama alasan PDIP memecat pak Jokowi. Ya sudah mau apa lagi.
Tapi inilah politik. Ojo kesusu. Ojo kagetan. Ojo gumunan. Kita lihat saja dengan santai. Meskipun kita bersimpati atas apa yang dialami oleh Pak Jokowi, Mas Gibran dan mas Bobby Nasution tapi penulis yakin ini bukanlah akhir dari cerita. Mengapa? Politik kita itu memiliki tradisi unik. Pagi bisa jadi musuh, siang bisa minum kopi bareng, malam sudah cekakcekik bareng lagi. Ya itulah politik kita.
Sikap tenang pak Jokowi menunjukkan memang sudah kelasnya. Apapun perlakuan lawan politik terhadap beliau tidak membuat beliau grasa grusu. Beliau tetap bekerja untuk "dirinya", keluarganya agar tetap bisa memberikan manfaat buat bangsa dan negara yang sangat beliau cintai.
Siapapun boleh tidak setuju atau bahkan menolak kebijakan yang sudah diambil beliau semasa menjabat sebagai presiden. Bahkan dengan cara yang paling ekstrim sekalipun. Namun kita juga harus tetap sadar bahwa sebuah proses pembangunan memang sangat memerlukan keberanian dalam memutuskan dan bertindak. Dan bukti nyata sudah terlihat dengan jelas apa yang kita rasakan sekarang ini. Pembangunan jalan tol yang sudah terkoneksi hampir pulau Jawa dan mulai ke Sumatera, Kalimantan dan Papua. Tanpa dedikasi yang serius dari sosok pak Jokowi ketika menjabat sebagai Presiden, penulis tidak yakin hal itu bisa terwujud selama 10 tahun menjabat.
Ya, pak Jokowi juga manusia seperti kita semua. Banyak kekurangan dan kelemahannya dalam memimpin bangsa yang sangat besar seperti Indonesia ini. Penulis yakin beliau belum ideal dalam memimpin dalam setiap imajinasi banyak orang. Tapi bukan berarti kita harus memperlakukan beliau dengan umpatan dan hujatan yang tidak semestinya. Beliau sudah selesai menjabat dan bila ingin tetap memberikan kontribusi peran beliau silahkan saja. Toh konstitusi negara kita membolehkan.
Tapi, Palu godam PDIP sudah dipukul. Pak Jokowi dan 27 kader PDIP dipecat. Sebagai rakyat biasa, meskipun memilih bersikap empati terhadap pak Jokowi, kita baru bisa ngomong sing sabar pak Jokowi. Gusti Allah mboten sare. Semoga tetap berkontribusi dan bermanfaat buat bangsa dan negara. Dan waktulah yang akan menguji pemecatan PDIP terhadap pak Jokowi dkk. Yo Ojo kagetan. Tetap bergembira.
إرسال تعليق