Tetap Lestari, Tradisi Lebaran Ketupat Bagi Sebagian Masyarakat Di Sampang



Tetap Lestari, Tradisi Lebaran Ketupat Bagi Sebagian Masyarakat Di Sampang

SAMPANG, Anekafakta.com - Sebagian warga masyarakat Sampang Madura Jawa Timur masih menganggap Perayaan Lebaran ada tiga yakni Lebaran Idul Fitri, Lebaran Idul Adha dan Lebaran Ketupat

Bila Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha merupakan proses dari tuntunan Agama yang harus dilakukan melalui tahapan ritual keagamaan, sedangkan Lebaran Ketupat lebih kepada wujud rasa syukur atas pelaksanaan Puasa Sunnah 6 hari pertama di Bulan Syawal

Namun demikian Perayaan Lebaran Ketupat tetap dilakukan dengan penuh hikmad serta sukacita yang ditandai dengan dimasaknya ketupat makanan dari bahan beras yang dimasukkan dalam daun kelapa /janur (sejenis lontong) dan disajikan dengan berbagai kuliner seperti Soto, Opor, Tahu mie, Kaldu, Rujak dan kuliner lainnya saat 7 hari setelah Idul Fitri

Lebaran Ketupat tahun 2024 ini jatuh pada hari rabu 17/4, pantauan reporter Anekafakta sejak H-2 di Pasar Srimangunan yang terbesar di Kabupaten Sampang maupun sejumlah Pasar Tradisional sudah bermunculan pedagang Janur

Ada yang hanya menjajakan janur nya saja dan ada pula yang menjajakan dalam jenis variasi bentuk anyaman Ketupat, sehingga pembeli tinggal mengisi beras dan memasaknya

Maisun 45 pedagang asal Kecamatan Omben yang ditemui saat menjajakan variasi  anyaman Ketupat di Pasar Tradisional Rongtengah selasa   16/4 mengaku punya lapak di Pasar Tradisional Omben, tapi menjelang Lebaran Ketupat ikut (nebeng) kepada kerabatnya yang berjualan di lapak Pasar Tradisional Rongtengah sekedar menjajakan anyaman Ketupat
"Kalau di Desa saya Lebaran Ketupat ini nyaris sama dengan Lebaran lainnya, bahkan di sore harinya warga masyarakat keluar rumah mencari suasana keramaian," ujar Maisun

Ny Samsiyah 58 yang mengaku dari Desa Tanggumong waktu ditemui saat  sedang membeli anyaman Ketupat di Pasar Srimangunan selasa 16/4, menyatakan setiap tahun tetap merayakan Lebaran Ketupat

Selain untuk disantap bersama Keluarga dengan sajian olahan Kuliner lainnya, Ketupat yang disajikan tersebut juga dibagi (diantarkan) kepada Tetangga dan kerabat dekat
"Tahun ini saya masak Opor Ayam, " tuturnya

Iqbal 20 Pemuda asal Kelurahan Rongtengah yang merantau di Surabaya rabu 17/4, mengungkapkan setiap mudik Lebaran Idul Fitri dipastikan kembalinya setelah Lebaran Ketupat
"Tradisi Lebaran Ketupat di Keluarga saya tetap berlangsung hingga sekarang, kurang afdol rasanya jika tidak merayakannya karena sudah menjadi kebiasaan Keluarga saya menjalankan Puasa Sunnah di Bulan Syawal," ungkapnya

Diceritakan, biasanya selain ada kegiatan Lomba/Parade Daol yang ditunggu warga masyarakat, pada sore harinya bersama Keluarga mengunjungi tempat Wisata

Sementara Pemerhati Sosial dari Lembaga Study Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat (SP2M) Sampang Andhika Fathoni ST MM sedikit mengulik tentang Tradisi Lebaran Ketupat rabu 17/4

Pria asal Sampang yang ada di Kabupaten Bondowoso ini menjelaskan, berdasarkan refrensi yang diketahui sebenarnya Lebaran Ketupat sudah ada sejak masa Kesultanan Demak abad ke 16 M yang menjadi media penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa

Diungkap (seraya mengutip dari laman NU Online), Tradisi Lebaran Ketupat ini di perkenalkan oleh Sunan Kalijaga dengan memunculkan dua istilah yaitu Bakda Lebaran kegiatan Silaturahmi dan saling bermaaf maafan setelah menjalankan Shalat Idul Fitri dan istilah Bakda Kupat (Lebaran Ketupat) yang dilakukan 7 hari pasca Idul Fitri

Menurutnya dari laman tersebut, Lebaran Ketupat sebagai Perayaan pelengkap dari Puasa Ramadhan untuk menggenapkan perhitungan Puasa satu tahun dalam Puasa Sunnah 6 hari di Bulan Syawal, sehingga Perayaan Lebaran Ketupat ini dianggap sebagai hari Kemenangan telah dilaksanakan Puasa selama setahun. (Imade)

Post a Comment

أحدث أقدم