Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis : Aliran atau Kelompok Jemaah Aolia Itu bukan Sesat



Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis :  Aliran atau Kelompok  Jemaah Aolia Itu bukan Sesat


Jakarta,Anekafakta.com 

Ketika sebagian umat Islam berbelanja baju lebaran, berangkat mudik, atau mungkin menyiapkan ketupat, jemaah Aolia di Gunungkidul berlebaran kemarin (5/4). Proses salat Idul Fitri digelar secara khusyuk oleh puluhan jemaah di Masjid Aolia yang beralamat di Panggang III, Giriharjo, Panggang, Gunungkidul. 

Jemaah Aolia tidak hanya tahun ini berlebaran lebih dahulu dibandingkan pemerintah, NU, maupun Muhammadiyah. Tahun lalu mereka berlebaran pada 20 April. Sementara pemerintah tahun lalu menetapkan 1 Syawal jatuh pada 22 April dan Muhammadiyah pada 21 April. 

Meskipun berlebaran kemarin, mereka tidak melakukan gema takbir pada Kamis malamnya. Selain itu setelah salat Ied, dilanjutkan dengan persiapan salat Jumat. Jumlah jemaah yang mengikuti salat Ied di Masjid Aolia sekitar 30 orang laki-laki dan perempuan. 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat merespons kelompok atau jemaah Aolia yang berlebaran pada Jum'at (5/4) itu. Ketua MUI Pusat bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis mengatakan aliran atau kelompok seperti jemaah Aolia itu bukan sesat.   

Lalu siapakan Mbah Benu, tokoh yang menjadi Mursyid atau guru jemaah Aolia? Berikut ini beberapa rangkuman  tentang Mbah Benu dan jemaaahnya.

5 Fakta Mbah Benu pemimpin jemaah Aolia:
1. Kiai Kharismatik Keturunan Darah Biru
Mbah Benu merupakan keturunan berdarah biru dari Purworejo. Dia kiai independen yang kharismatik dan tidak melibatkan diri dalam partai politik.

Mbah Benu lahir di Pekalongan pada Sabtu Pon 28 Desember 1942. Dia besar di Solotiang, Maron, Purworejo. Ayahnya sekaligus merupakan guru ngajinya yakni KH Sholeh bin KH Abdul Ghani bin Kiai Yunus.


Sosok Mbah Benu Imam Masjid Aolia Gunungkidul yang Viral Telepon Tuhan, Ternyata Berdarah Biru
Nama akhir Mbah Benu yakni Pranolo dinisbatkan pada nama kakek-kakeknya yaitu Raden Gagak Pranolo III, Raden Gagak Pranolo II dan Raden Gagak Pranolo I yang dimakamkan di Makam Gede daerah Cangkrep Purworejo.

2. Sesepuh di Daerah Panggang Gunungkidul
Mbah Benu menetap di Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul sejak 27 Juli 1972. Dia memiliki hubungan dengan masyarakat yang tergabung dalam jemaah Aolia di Gunungkidul               

3. Pernah Kuliah di UGM
Mbah Benu pernah berkuliah di Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Dia memutuskan keluar dari UGM meski selangkah lagi mendapatkan gelar dokter.

Alasannya, Mbah Benu tidak mau mengambil uang orang sakit, orang menderita dan orang meninggal. Selain itu menganggap ilmu kedokteran merupakan ilmu yang dapat menimbulkan kemusyrikan.

Kendati demikian, dia menguasai ilmu kedokteran, seperti suntik, diagnosis, terapi, sampai operasi kecil-kecilan hingga punya kemampuan spiritual.

4. Punya Ilmu Laduni
Mbah Benu menggunakan pendekatan budaya untuk mendekati masyarakat Jawa yang masih sinkretis. Dia tokoh yang memiliki keilmuan integratif. Tidak hanya menguasai ilmu Alquran, hadis, fikih, tasawuf, tetapi juga ilmu kedokteran, pertanian, perikanan, lingkungan hidup, bela diri bahkan sampai kepada yang berhubungan dengan hal-hal spiritual.

Disebutkan jika Mursyid Kiai Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo atau Mbah Benu punya ilmu Laduni yang turun tiba-tiba ke pribadinya. Mbah Benu juga dibimbing oleh mursyid-mursyid yang lain seperti Gus Jogo Rekso di Muntilan, Syech Jumadil Kubro yang dimakamkan di Gunung Turgi dan Sunan Pandanaran di Klaten.

Dalam ajaran Islam, ilmu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ilmu kasbi dan ilmu laduni. Ilmu kasbi dapat diperoleh manusia melalui usaha seperti belajar, melakukan percobaan, dan lain-lain. Sementara itu, ilmu laduni bersifat rahasia dan diturunkan secara langsung dari Allah ke dalam hati seseorang.       

   5. Viral Pernyataan Menelepon Tuhan dan Beri Klarifikasi
Mbah Benu membuat pernyataan viral dengan mengaku sudah menelepon Allah SWT untuk menentukan 1 Syawal 1445 Hijriah sehingga menetapkan Hari Raya Idul Fitri 2024 jatuh pada Jumat 5 April.                  Saya tidak pakai perhitungan. Saya telepon langsung kepada Allah Taala," ujar Mbah Benu dikutip dari akun Instagram @cekdrama yang mengunggah potongan video Antara TV, Sabtu (6/4/2024).

"Ya Allah (hari ini) sudah tanggal 29 (bulan Ramadan), 1 Syawal-nya kapan?' Allah Taala bercerita, tanggal 5 (April 2024)," katanya lagi.

Setelah pernyataannya viral, dia mengklarifikasi maksud 'menelepon' Tuhan dalam menentukan kapan tepatnya 1 Syawal yang merupakan istilah jalan spiritual.

"Jadi terkait pernyataan saya tadi pagi tentang istilah menelepon Gusti Allah SWT, itu sebenarnya hanya istilah. Yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya, kontak batin dengan Allah SWT," ujar Mbah Benu dikutip dari akun @merapi_uncover, Sabtu (6/4/2024).

Diketahui, jemaah Aolia di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, DIY sudah Lebaran Jumat (5/4/2024) kemarin. Mereka juga sudah melaksanakan shalat Idul Fitri, Jumat pagi. Sebelumnya, Jemaah ini memulai puasa Ramadan, Kamis 7 Maret 2024. 

Jemaah Aolia menetapkan 1 Syawal jatuh pada Jumat, 5 April 2024. Penetapan itu berdasarkan keyakinan pimpinan Jemaah Aolia yakni Mbah Benu atau Raden Ibnu Hajar Sholeh serta hitungan kalender yang mereka yakini.

Sebagaimana diketahui, pemerintah belum memutuskan 1 Syawal 1445 H atau Lebaran 2024. Pemerintah melalui Kementerian Agama baru akan menggelar rukyatul hilal dan Sidang Isbat, Selasa, 9 April 2024. Sedangkan Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Syawal 1445 pada Rabu 10 April 2024. Sementara Nahdlatul Ulama memprediksi 1 Syawal 1445 jatuh hari Rabu, 10 April 2024.

(D.Wahyudi)

Post a Comment

أحدث أقدم