Jokowi vs Hasto, Candaannya Orang Gede



Jokowi vs Hasto, Candaannya Orang Gede

Oleh Tubagus Solehudin, Ketua Klub Study Islam dan Politik (KSIP)

Pak Jokowi memang sosok pemimpin yang memiliki daya magis yang sangat besar. Memiliki daya tarik sekaligus memiliki daya tolak. Banyak yang pro  dan ada yang kontra. Menurut orang bijak, begitu pemimpin sejati. Memiliki pengikut yang setia tapi juga mempunyai "musuh" yang militan. Ya kalau dalam istilah demokrasi "musuh" itu adalah kelompok oposisi. Yaitu Kelompok yang selalu mengkritik, mengkritisi bahkan bisa juga "menghujat". Kita bisa saksikan kelompok oposisi dalam mengkritik, mengkritisi dan menghujat Pak Jokowi dengan bertebaran di sosial media. Dengan segala ragam bahasa dan ungkapan.

Tapi kita juga menyaksikan, sikap pak Jokowi enjoy saja dalam menghadapi semua hujatan yang dituduhkan kepada beliau. Mulai dari isu-isu ringan, sedang sampai isu-isu berat.

Yang teranyar tuduhan yang dilontarkan oleh Hasto Kristiyanto Sekjend PDIP. Bahwa Pak Jokowi akan merebut posisi Ketum PDIP. Tentu saja tuduhan tersebut mendapat perhatian dari warga secara luas. Sebab sebelumnya, publik merasakan ada konflik yang tidak terlihat oleh mata kepala awam antara Ibu Megawati dengan Pak Jokowi. Hal ini terkait dengan sikap Pak Jokowi yang mempersilahkan Putera Beliau Gibran Rakabuming Raka untuk maju sebagai Cawapres yang berpasangan dengan Haji Prabowo Subianto.

Tuduhan Hasto Kristiyanto Sekjend PDIP, menemukan relevansinya. Tapi belum tentu benar. Penulis sendiri, tidak percaya, pak Jokowi akan merebut posisi Ketum PDIP dari Ibu Megawati Soekarnoputri. Yang publik pernah dengar ada ungkapan dari dari Tokoh PDIP yang menyatakan bahwa Pak Jokowi pantas menjadi Ketum PDIP pasca Ibu Megawati Soekarnoputri. Jadi kalau kemudian narasinya Berubah menjadi merebut, itu sich hanya guyonan orang gede. Agar mendapat perhatian atau bisa juga untuk meningkatkan bargaining positioning.

Guyonan Orang Gede sekelas Pak Jokowi, Pak Hasto Kristiyanto dan yang lainnya harus kita baca dengan cermat. Terlebih pak Hasto merupakan Sekjend PDIP yang dalam pemilu legislatif tahun 2024 tetap menjadi Partai Pemenang. Sangat wajar, bila harus membuat joke-joke yang tajam kepada orang yang dianggap lawan politik.

Hebatnya, pak Jokowi menanggapinya dengan guyonan juga. Sebab sebelumnya juga, Pak Jokowi dituduh mau merebut posisi Ketum Partai Golkar. Sampai-sampai Sekelas Pak JK harus turun gunung untuk mengomentari guyonan tersebut. Tapi kemudian yang kita lihat isu itu menguap tanpa jejak.

Orang Gede di kita kalau guyon memang susah ditebak. Guyonan kemana arah tembakannya kemana. Bila tidak Waskita bisa terjebak oleh permainan orang gede. 

Buat rakyat kecil seperti kita ini, tidak perlu ikutan. Biarkan saja mereka saling sahutan. Guyonan mereka sudah beda kelasnya. Jangan sampai kita kejebak ujung-ujung cuma bisa bengong sendiri.

Menurut hemat penulis, sebaiknya pasca pileg dan pilpres para politisi dan orang Gede cobalah coling down. Jangan terus bikin narasi yang tidak begitu produktif. Sebab rakyat juga butuh recovery suasana batin setelah benar-benar berjibaku untuk mendapatkan kepercayaan rakyat. Menurut penulis itu akan lebih cepat menyembuhkan luka sosial yang disebabkan oleh persaingan pemilu rasa tersebut.

Mudah-mudahan para penggede bangsa bisa guyub secepatnya.

Post a Comment

أحدث أقدم