ANGKET : AGAR PILPRES 2024, JANGAN JADI BEBAN BANGSA.


ANGKET : AGAR PILPRES 2024, JANGAN JADI BEBAN BANGSA.

Oleh :
Ir. La Ode Budi 
Ketum KIBAR Indonesia.

Jakarta,Anekafakta.com

Pertandingan penting dijaga jujur, adil (jurdil) agar hasilnya dapat diterima (semua pihak). Pemenang nyata lebih baik kualitasnya.  Setelah tanding, para pemain berpelukan. 
Pemenang diharap sukses berlaga di level lebih tinggi.

Tidak ada bandar judi yang terlibat mengatur "dari luar".  Kasat mata, pemenang bermain lebih baik. Wasit, hakim garis tidak berpihak.

Pipres Indonesia 2024, berkebalikan.  

"Pengerahan kekuatan" di luar paslon, lebih kuat memenangkan. 

Etik berat di MK dan etik berat di KPU, ditabrak demi 02. Cacat konstitusi, cacat pendaftaran.

Penggiringan opini oleh lembaga survey, para kades dikumpulkan 02, APH ikut memanggil para kades, bansos diatur sesuai jadual pemilu (Presiden sendiri ikut membagikan di jantung suara 03).  

Menteri aktif ikut menggiring pemilih dan jadi penjawab materi 02 paska debat.  Pengusaha raksasa bahkan terbuka hanya mau membiayai 02.
Pengerahan (kekuatan) model "armada terlengkap" ini tidak ada di pilpres langsung sebelumnya.  

Demokrasi yang berlandas integritas, rekam jejak dan program, telah mengantarkan Joko Widodo jadi Gubernur dan Presiden.  

Hatta Rajasa, tidak dapat dukungan sehebat paslon 02 saat ini (padahal besan  SBY presiden berkuasa). 

Cawapres 02, bahkan tidak merasa penting jual ide ke rakyat (forum kritis dihindari).  "Saya sudah ada disini" bisa diartikan jaminan "kekuatan" pemerintah sudah hadir memenangkan.  

Dibukti, Jokowi secara terbuka berbicara empat mata membahas pilpres, dengan 02 dan para ketum partai pendukungnya.

Muncul celetuk, lebih baik tidak usah ada pilpres. Ditunjuk saja oleh Jokowi dan elit partai 02.  Hemat!

Satu contoh, sangat aneh  satu daerah kandang Banteng yang biasa menang hingga 90% bisa 02 menang. Suara partai lebih besar dari suara paslon diusung. Hasil  Jokowi mondar mandir di Jawa Tengah (bukan Gibran yang turun menebar harapan), sebelum hari coblos.

Suara luar negeri yang sepanjang sejarah, agak mendekati suara dalam negeri.  Terbalik balik. 

Ringkasnya, aspek jurdil pilpres 2024 harus diteliti.  Jangan jadi gerutu bangsa sepanjang sejarah.

Hak angket sangat dibutuh bangsa Indonesia, agar ada konsolidasi kekuatan bangsa (didasar saling percaya, saling menerima) untuk menyambut Indonesia Emas 2045. 

Semoga partai pengusung 01/03 "tidak terbeli".

(D.Wahyudi)

Post a Comment

أحدث أقدم