Seandainya Ketiga Bacapres Bisa saling Berkolaborasi
Oleh Haji Muhammad Rafii Muchsin, Pengamat Sosial Politik. Tinggal di Kalsel.
Di era yang serba terbuka, tidak ada yang bisa ditutup-tutupi. Siapapun akan ketahuan bila kita hanya bermain nopeng. Sebab, kita hidup di dunia di era serba transparan. Kekurangan dan kelebihan kita bisa sangat mudah orang ketahui bahkan bisa menjadi bahan bully-an.
Apalagi sosok calon pemimpin yang disuguhkan oleh partai politik yang diusung untuk ikut kontestasi Pilpres tahun 2024 dengan mudah bisa ditebak.
Meskipun kita hanya memiliki kapasitas menganalisa dan menyimpulkan sendiri hasil kajian tersebut. Setidaknya kita paham apa yang sedang terjadi di arena "sambung jago" tersebut.
Ketiga Bacapres yang diusung memiliki kelebihan, kekuatan dan keunggulannya masing-masing. Pertama, Anies Rasyid Baswedan yang berpasangan dengan Cak Imin dengan segala kecerdasan komunikasinya merupakan kekuatan dalam kepemimpinannya dan cak Imin yang memiliki kemampuan memenej organisasi Kepartaian yang sudah teruji. Bahkan ada cerita, guru politiknya saja bisa di kudeta guru apalagi yang lainnya.
Guyonan tersebut bisa jadi merupakan ungkapan kecerdikan Cak Imin dalam mengayuh bahtera PKB yang harus bertahan dalam arus gelombang politik yang tidak gampang. Sehingga kemampuannya tersebut membawa partai PKB menjadi Partai yangg sangat di perhitungkan dalam blantika politik di Indonesia.
Kedua, Ganjar Pranowo. Sebagaimana kita lihat beliau sangat hamble dan enerjik tapi belum menyakinkan telihat prestasi yang bisa disuguhkan kepada rakyat Indonesia. Sehingga kita pun sebagai rakyat masih menimbang-nimbang untuk menentukan pilihan kepada siapa coblosan ini berlabuh. Untungnya Ganjar Pranowo berpasangan dengan Mahfud MD yang dicitrakan sebagai sosok cendikiawan hebat, tegas dan berani. Namun terkadang terlihat juga tak berdaya oleh sembrautnya sistem dan lemahnya kesadaran para elit dalam hidup berbangsa dan bermegara.
Ketua, Prabowo Subianto. Beliau alumni Akademi Militer. Mantan Pemimpin pasukan terbaik, seorang petarung tangguh dan tak kenal kata menyerah.
Kita harus akui, mental Pak Prabowo Subianto memang hebat. Tiga kali kalah pilpres tetap maju lagi untuk keempat kalinya. Mentalitas tangguh beliau perlu kita tauladani.
Kisah kehebatan beliau sebagai Komandan Pasukan khusus yang sedikit tercoreng oleh perjalanan sejarahnya sendirinya ketika beliau melakukan penculikan kepada para aktivis pro demokrasi. Meskipun zaman sudah berubah namun ingatan publik terhadap tinta hitam Prabowo sulit bisa di hapus. Begitulah sejarah hitam. Tapi beliau secara gentle sudah mengakui perbuatannya. Tinggal apakah publik memaafkan atau menolaknya. Hanya waktu pencoblosan yang bisa menjawab hal tersebut.
Uniknya, pasangan beliau dalam kontestasi pilpres tahun 2024 adalah Gibran Rakabuming Raka. Putera Presiden Jokowi sendiri.
Pertanyaan sederhananya, apakah publik bisa menerima pasangan yang terkesan dipaksakan dan menabrak norma-norma etika berdemokrasi ini?
Lagi-lagi jawaban pastinya menunggu hingga waktu pencoblosan nanti pada tanggal 14 Februari tahun 2024.
Tentu saja secara sepintas kita lihat, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka diuntungkan oleh "kekuasaan" pak Jokowi. Namun sekali lagi, hasilnya belum ada yang pasti. Semuanya masih fifty-fifty.
Begitu demokrasi kita. Sulit mencerna dengan akal waras. Tapi apa mau dikata. Sebagai rakyat kecil, penulis sulit memahami "ambisi" para penggede politik di negeri ini. Namun biarlah waktu juga yang membuktikan siapa yang bakal dipilih oleh rakyat Indonesia sebagai pemimpin Bangsa terbesar ke 4 dalam berdemokrasi.
Sebab, penulis yakin akal waras rakyat pasti menang.
إرسال تعليق