Belajar Berjuang dari Sang Nabi dalam Meruntuhkan Kejahiliyahan Bangsa Arab


Belajar Berjuang dari Sang Nabi dalam Meruntuhkan Kejahiliyahan Bangsa Arab



Oleh Tubagus Solehudin, Ketua Solehudin Politic School

Nabi Muhammad SAW adalah Manusia Al Musthofa, Manusia Terpilih sepanjang masa. Kehadirannya merupakan Rahmat bagi semua mahkluk dan alam semesta.

Nabi Muhammad SAW adalah manusia tersukses tercatat sepanjang zaman. Diakui dari semua kalangan. Baik dari orang yang berlawanan maupun dari para pendukung beliau.

Hanya Nabi Muhammad SAW yang mencatatkan diri dalam sejarah sebagai manusia yang paling cepat berhasil dalam merubah, memperbaiki serta membangun peradaban bangsa yang sangat jahiliah di dunia Arab. Bayangkan hanya dalam 23 tahun jahiliah di Mekkah dan dunia Arab berubah menjadi Bangsa terpilih yang mampu menginspirasi bagi dunia.

Bila kita mengkaji dengan cermat Sirah Nabawiyah dengan jelas terpampang Perjuangan Nabi Muhammad SAW sangat luar biasa. Bayangkan saja, bangsa Mekkah hidup dalam lilitan sistem sosial ekonomi politik yang sangat menindas kaum miskin. Kehidupan sosial politik dikendalikan oleh para kaum Borjuis yang memegang otoritas ekonomi politik.

Siapapun yang melakukan kritik apalagi melawan terhadap sistem sosial yang menindas nasibnya tidak akan lama. Hukuman pancung pasti menanti.

Dalam kondisi kehidupan seperti itulah Nabi Muhammad hidup. Dan menyaksikan etalase kehidupan yang menghimpit dada beliau.

Sebagai manusia biasa, tentu saja ada rasa keinginan untuk bisa memperbaiki kehidupan Bangsanya dari hidup bergelimang kejahiliyahan menjadi bangsa yang bermoral dan beretika.

Beruntung, beliau dikenal luas di Bangsa Mekkah sebagai sosok Al Amin (Yang Bisa Dipercaya). Jadi langkah beliau untuk diterima oleh semua pihak sangat terbuka. Hal ini dicatat oleh sejarah ketika konflik pemindahan Batu Hajar Aswad ke tempatnya semula. Akhir dari perselisihan tersebut, Muhammad SAW yang dipercaya  yang memindahkan Hajar Aswad ketempat semula.

Titik awal sukses ini bukanlah garansi bahwa langkah selanjutnya memudahkan dakwah beliau terhadap Bangsa Mekkah dan Bangsa Arab.

Kita bisa menyimak Sirah Nabawiyah, ketika Beliau sudah mulai mendakwahkan Islam yang mengajarkan setaraan status sosial setiap manusia sama yang membedakan hanya Iman dan Taqwanya kepada Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Reaksi pentolan Quraisy sangat beragam. Tapi kebanyakan yang menolak bahkan mengancam akan menghabisi Nabi Muhammad SAW. 

Sebab, ajaran Nabi Muhammad SAW dianggap bisa merusak tatanan sosial yang selama ini sangat menguntungkan pentolan Quraisy tapi sangat menindas kaum miskin.

Ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat, orang-orang terdekat, kaum miskin tertindas, dan para budak yang menjadi korban sistem sosial ekonomi pentolan Quraisy semakin tersiar luas dan menjadi gerakan sosial yang militan.

Ketakutan, kecemasan dan ketidakberdayaan yang selama ini mengkungkungi kaum miskin tertindas terbersit kesadaran akan masa depan dirinya dan keluarganya. Dan itu karena Ajaran yang ditiupkan oleh Nabi Muhammad kepada para sahabat-sahabat dan orang-orang yang menjadi pengikut dan percaya kepada beliau.

Singkat ceritanya, mengapa beliau mampu meyakinkan para sahabatnya yang memiliki status sosial tinggi di kaumnya seperti Abu Bakar Siddiq, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf dan kaum budak seperti Bilal bin Roba'?

Keberhasilan gerakan dakwah Nabi Muhammad SAW perlu kita lihat dari sisi kemanusiaannya. 
Nabi Muhammad SAW harus kita dipandang sebagai manusia seperti kita juga. Karena hanya dari sisi manusiawi seperti kita, baru kita bisa mencontoh beliau. 

Dengan begitu, kita sebagai umatnya bisa mengikuti pola beliau agar terus bisa menjaga dan menghidupkan ajaran Islam yang rahmatan Lil Alamin.

Sebagai manusia biasa, tentu kita bisa mencontoh Nabi Muhammad. Pola hidup beliau yang luar biasa. Sehingga kita bisa menjadi umat pilihan yang kelak dipercaya menjaga umat beliau agar selamat dari fitnah Dajjal yang begitu bernafsu ingin menghancurkan Islam sebagai sistem ajaran yang mampu menyelamatkan manusia dari kesesatan.

Misalnya, untuk hal sederhana, kita harus mencontoh dan mengamalkan empat sifat Nabi Muhammad yang menjadi pondasi kesuksesan beliau dalam berdakwah.

Keempat sifat beliau yang wajib sebagai Nabi harus kita maknai sebagai manifestasi dari puncak Makom Insan Kamil yang telah beliau raih. 

Beliau meraih makom tersebut semuanya melalui proses yang alamiah, ilmiyah dan ilahiyah. Tidak ada  yang sim salabim. Semuanya penuh perjuangan berproses sebagai manusia seperti kita.

Keempat Sifat Beliau yang menjadi pondasi Suksesnya dakwah beliau dalam membangun tatanan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan terkenal adalah:

Pertama Sifat Siddik. Bahwa sifat Siddik bermakna mencintai kebenaran. Siapapun yang cenderung mencintai kebenaran maka dirinya tidak akan menyukai kedholiman dan kebatilan. 

Untuk bisa cenderung kepada mencintai Kebenaran maka proses takziatunnapsi harus terus dilakoni dengan tekun. 

Berdzikir dengan panduan berthoriqoh sudah terbukti efektif membimbing hati manusia untuk cenderung mencintai kebenaran.

Mencintai kebenaran adalah dasar setiap manusia untuk berprilaku benar dan berakhlak karimah, berkata yang karimah dan  membela kebenaran tanpa rasa takut sedikitpun.

Inilah dasar kita berjuang dalam rangka menegakan kebenaran.

_Bagaimana bisa berjuang menegakan kebenaran, apalagi yang mengklaim sebagai wakil Tuhan untuk memutuskan perkara seadil-adilnya bila jiwanya masih didominasi oleh kecenderungan kebatilan dan kedholiman?_

Kedua Sifat Amanah. Seorang Guru menuturkan, bahwa sifat amanah harus kita maknai sebagai hamba yang mendapatkan kepercayaan dari Alloh Subhana wa Ta'ala.

Tentu saja, untuk mendapatkan kepercayaan dari Alloh harus berproses, berjuang keras serta sungguh-sungguh menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai HambaNYA.

Kita maklum, untuk mendapatkan kepercayaan dari Bos saja kita harus menunjukan performa yang unggul di atas rata-rata dari karyawan lainnya. Tidak mudah dan juga tidak sulit untuk bisa mendapatkan kepercayaan dari Bos selama performa kita memang pantas untuk mendapatkannya.

HambaNya yang sudah menjadi Kepercayaan Alloh tentu saja akan mendapatkan pangkat dan Tugas khusus. Mulai dari posisi Sebagai Rasulullah, Nabi, Wali, Ulama, dan dst. 

Kita maklum, pengangkatan HambaNya sebagai Rasululloh melalui proses yang "keras". Karena tugas yang diembannya kelak pun tidak mudah. Sebab akan  mengajak dan mendidik manusia agar menjadi Manusia Beriman dan berakhlak Karimah.

Menjaga diri agar tetap menjadi hamba kepercayaan Alloh haruslah terus menerus berkekalan hati kepada Alloh SWT. Istiqomah hingga akhir hayatnya. Semuanya berjalan alamiah, ilmiyah, ilahiyah dan manusiawi banget.

Siapapun bisa mencontoh karena memang Rosulullah harus kita jadikan suri tauladan dalam kehidupan kita. Rasululloh manusia seperti kita juga. Yang membedakan karena Rasulullah mendapat Wahyu dan Tugas untuk membimbing umat Manusia.

Sebagai Umatnya, kita harus bisa mencontoh beliau dalam segala hal agar kita juga menjadi hamba yang bisa dipercaya oleh Alloh dalam menjalankan tugasnya sebagai pewaris dan penerus perjuangan para Nabi.

Ketiga Sifat Tabligh. Sang Guru Bijak menuturkan, bahwa hambaNya yang sudah mendapatkan kepercayaan dari Alloh pasti sang hamba siap berjuang. Tabligh harus dimaknai kesiapan jiwa raga untuk berjuangan apapun resiko perjuangan yang akan diterimanya.

Hanya manusia-manusia pilihan saja yang memiliki kesiapan berjuang lahir batin. Bukan hanya dalam tataran konsep saja. Secara praksis pun sangat siap.

Manusia-manusia pilihan Tuhan tentu saja sudah melalui proses uji yang super ketat. Tidak ada sogok menyogok. Semua proses harus dilalui sendiri tanpa diwakili. Siapapun, tidak penting "status" dzuriat, atau "anak keturunan", semuanya harus lulus " uji petik".

Pastinya, tidak semua manusia lulus uji. Dan tidak semua manusia gagal uji. Tuhan selalu memberikan kesempatan dan selalu membuka pintu RahmahNya 24 jam tanpa jedah.

Hamba-hambaNya yang tekun dan Istiqomah serta berani melangkah menuju kepadaNya pastilah akan disambutNya dengan cinta. Bukankah Tuhan menciptakan hambaNya karena cintaNya?

Tuhan tidak pernah dholim pada hambaNya. Sangat salah, kalau kita berpikir Tuhan menciptakan Neraka untuk menghukum hambaNya. Sekali-sekali tidak. 

Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Maha Pengasihnya tanpa batas. Maha Penyayangnya tak berhingga. Hanya kedunguan manusialah yang membuat batas dan dangkalnya samudera Maha Pengasih dan Maha Penyayangnya Tuhan.

Begitulah kebiasaan manusia bila hanya mengandalkan otak lahiri. Selalu berfikir serba terbatas. Melihat, menganalisa, bahkan menyimpulkan hanya berdasarkan kilatan-kilatan 'materi' yang terlihat sekejap.

Bahkan kedunguan kita, begitu cepat memvonis hambaNya hanya karena tidak sesuai dengan selera napsu kita.

Tipu daya Iblis Syetan Laknatulloh sangat halus. Bila kita lalai sedetik saja berdzikrulloh pasti dengan cepat syetan masuk ke dalam benteng jiwa kita. Melalui aliran darah kita mereka nyelusup untuk "menggoda" kita.

Seandainya kita lemah, tidak punya himmah yang kokoh, atau napsu dalam dirimu masih sangat dominan. Segeralah perbaiki dengan cepat.

Ulama Sufi memiliki metode tazkiyatunnapsi yang sudah teruji.  

Langkah Pertama, Takhalli. Membersihkan diri dari Akhlak Mazmumah. Akhlak buruk yang merusak "fitrahnya" sebagai hamba Tuhan.

Pada langkah pertama ini, kita harus berani menumpahkan atau membuang semua kebiasaan buruk yang selama ini sudah menjadi reflek. Jangan hiraukan rasa sakit yang timbul akibatnya. Tanpa keberanian menumpahkan dan membuang akhlak mazmumah sekaligus hanya membuang-waktu bila berkeinginan menjadi HambaNya yang terpilih.

Langkah kedua, Tahalli. Kita harus berani "menghiasi" diri dengan Akhlaqul Karimah. Kita harus punya Himmah kuat, kokoh dan Tangguh. 

Jiwa Raga harus siap diolah kembali supaya menjadi "lahan yang subur". Agar biji Tauhid bisa tumbuh dengan baik. Perlu ketekunan dan keistiqomahan yang super.

Langkah ketiga, Tajalli. Kita harus berani mewujudkan sifat-sifat Tuhan dalam kehidupan pribadi sehari-hari. 

Nama-nama Tuhan yang sudah kita kenal sebanyak 99 Nama harus berani kita kejahwantahkan dalam diri kita. Dan harus benar-benar terimplementasikan dalam kehidupan keseharian kita. Sederhana tapi rumit. Rumit tapi sederhana.

Sekali lagi untuk bisa mendapatkan intan mutiara berlian yang sangat bernilai tak berhingga kita harus berani menyelami samudera yang dalam. 

Kepengecutan dan keculasan merupakan racun jiwa yang menggerogoti kita dari dalam. Jauhi dan hindari manusia-manusia yang masih tergenggam oleh sifat pengecut dan culas. 

Keempat Sifat Fathonah. Bahwa sifat fathonah harus dimaknai kenal diri, kenal Alloh. Manusia yang sudah mengenal dirinya maka dia mengenal Alloh adalah manusia yang sudah memiliki sifat Fathonah.

Sangat mustahil manusia yang tidak mengenal dirinya bisa menempatkan dirinya pada situasi dan kondisi bagaimanapun juga.

Manusia dungu akan selalu menganggap dirinya lebih tinggi, lebih hebat, lebih berpengalaman, lebih tahu, dan seterusnya dari manusia lainnya.

Manusia dungu akan melihat "realitas" sebagai "kebenaran". Dampaknya bila manusia dungu "memiliki" "kekuasaan" akan mudah memvonis, memfitnah dan melakukan pengrusakan yang menyengsarakan kehidupan manusia banyak. Bukankah Tuhan sudah memperingatkan dan menegaskan bahwa kerusakan yang ada didaratan maupun dilautan akibat dari manusia itu sendiri?

Kenal Alloh maka kenal diri. Kenal diri maka kenal Alloh. Siapapun yang tidak mengenal jati dirinya tidak pantas untuk menjadi Guru apalagi "berceramah" dari mimbar ke mimbar. Sangat berbahaya. Dan bisa jadi yang timbul dari "ceramah" manusia dungu adalah kerusakan sosial yang parah. Susah untuk dicarikan obatnya.

Sejarah Manusia penuh pertumpahan darah karena akibat fitnah, kedunguan, kebodohan, dan kemerasaan. Itu semua berawal karena "tokoh" yang menjadi "king maker" sosial penguasa adalah manusia dungu yang tidak mengenal diri dan tidak mengenal Alloh. Turunan dari kedungun tersebut sangat berdampak pada rusaknya nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Kenali dirimu, Kenali Rabbmu. Tanpa mengenal diri dan mengenal Tuhanmu. Bila kita tidak mengenali diri kita sendiri wajar saja bila kita dianggap manusia dungu. Tidak lebih.

Untuk mengenal diri kita harus tumpahkan semua perangai busuk yang ada dalam jiwa raga kita. Semuanya tanpa tapi tapi. Jadilah manusia lugu dan polos yang hanya berharap pada Alloh saja. Renungi Sejarah leluhurmu Nabi Adam Alaihissalam. Manusia Polos, Lugu dan Ikhlas dalam menjalani TakdirNya dengan penuh Iman.

TB.Solehhudin/Red

Post a Comment

أحدث أقدم