7 KRITERIA CAPRES 2024 PERSPEKTIF PARTAI GELORA INDONESIA
Oleh Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia
PERTAMA; KUAT DAN AMANAH
Memilih pemimpin secara sederhana dalam Islam itu persis seperti ketika Nabi Musa dilukiskan oleh putrinya Nabi Syu'aib : yang artinya
sebaik-baik orang yang kamu angkat sebagai orang yang digaji, dipekerjakan itu adalah orang yang *Kuat dan Amanah*.
Jika diterjemahkan menjadi bahasa politik maknanya : bisa dipercaya dan bisa diandalkan. Bisa dipercaya mencakup integritas, kejujuran, karakter, sedangkan bisa diandalkan artinya memiliki kapasitas dan kompetensi.
Sedangkan kuat maksudnya antara lain kuat fisiknya, kuat ilmunya, kuat karakternya atau dengan bahasa di ayat yang lain adalah orang yang punggungnya kuat memikul beban.
Dalam Islam pemimpin menggunakan istilah Al 'ajir. Karena pemimpin itu dalam bahasa demokrasi adalah orang yang kita pilih untuk mengurus urusan kita (rakyat), lalu kemudian kita menggajinya, meng-cover seluruh kebutuhan hidupnya supaya dia _full time_ mengurus kehidupan kita (rakyat). _Al 'ajirul ummah_; orang yang disewa oleh umat, dipekerjakan oleh umat, untuk mengurus urusan umat.
Ketika kita bicara amanah, kita bicara kejujuran, integritas, kita bicara bahwa orang ini bisa dipercaya, kita tidak ragu-ragu menyerahkan urusan kita kepada dia karena kita bisa mempercayainya.
Kalau kita bicara kuat, kuat karena fisiknya (kiasan tulang punggung kuat memikul beban), karena pemimpin akan bekerja memikul beban begitu banyak. Kalau secara fisik pemimpin tidak kuat bagaimana caranya pemimpin bisa memikul beban.
Kedua ilmunya harus kuat, karena pemimpin akan mengurus hal-hal yang sangat kompleks urusan negara. Urusan negara itu seluruhnya urusan kontradiksi-kontradiksi yang ingin di permufakatkan, berbagai hal yang bertentangan yang harus diintegrasikan. Dan itu membutuhkan otak yang kuat yang bisa memahami banyak masalah pada waktu yang sama. Bisa mengambil keputusan secara benar butuh kekuatan intelektual tapi pada waktu yang sama itu juga membutuhkan karakter.
Dalam Al Quran sifat yang paling banyak terulang yang berhubungan dengan pemimpin itu sabar. Karena pemimpin itu paling gampang disalah-pahami. Sudah mengurus rakyat, sudah merasa letih tapi tidak ada yang mengapresiasi, bahkan dengan gampang orang bisa dibunuh secara karakter, sehingga perlu kelapangan dada.
*KEDUA; RELEVAN DENGAN ZAMAN*
Pada waktu orang memilih pemimpin dalam perspektif agama, orang tidak memilih yang sempurna pada dasarnya, tetapi orang memilih yang tepat. Jadi tidak memilih yang sempurna tapi yang tepat, yang tepat dengan situasinya. Jangan mencari orang yang sempurna diantara capres-capres yang ada. Tetapi cari siapa yang paling tepat situasinya dengan kondisi kita saat ini.
*KETIGA; CAPRES BUKAN PROXY NEGARA LAIN*
Jangan ada pemimpin yang akan menjadikan Indonesia sebagai medan tempur negara lain.
*KEEMPAT; MAMPU ANTISIPASI KRISIS GLOBAL ATAU KRISIS GEOPOLITIK*
Situasi geopolitik sekarang ini situasi yang sangat kacau. Pertama, ada konflik supremasi antar kekuatan-kekuatan adidaya, antara Amerika dengan China atau Amerika dengan Rusia. Kedua, konflik ini sekarang membawa seluruh dunia ini ada dalam ancaman perang global yang besar, yang tidak satupun bisa memprediksi. Eskalasi perang di Ukraina terus naik, negara Sudan sekarang pecah belah. Afrika seluruhnya sebagai kawasan sekarang sudah menjadi medan tempur negara-negara lain dan Asia- Pasifik sekarang sedang _on the way_ ke situ. Asia-Pasific akan menjadi salah satu spot konflik global yang paling panas. Eropa dan Afrika sudah terjadi lebih dulu. Kita sekarang ini menghadapi ancaman konflik global dan bisa berujung menjadi perang terbuka. Indikasinya China dan Amerika punya sekutu di Asia. Ada Jepang, Korea Selatan, Filipina. Kawasan Asia-Pasific akan menjadi salah satu titik nyala atau titik konflik yang berikutnya setelah Eropa dan Afrika, setelah Timur Tengah sebelumnya sudah. Amerika konflik dengan Rusia menjadikan Ukranina sebagai medan tempur. Indonesia tidak mau punya presiden seperti presiden Ukraina yang menjadikan negaranya sebagai medan tempur dua kekuatan adidaya, yang menderita rakyatnya. 10 juta lebih rakyatnya keluar dari negaranya dan menjadi pengungsi. Indonesia ini salah satu negara yang paling strategis menjadi spot konflik negara-negara adidaya.
*KELIMA; MAMPU ATASI KRISIS LINGKUNGAN DAN KRISIS EKONOMI*
Di luar dari ancaman perang ini kita juga punya masalah lainnya yaitu krisis lingkungan dan krisis ekonomi. Situasi global yang tidak pasti berefek pada putaran ekonomi yang tidak menentu dan berujung krisis ekonomi. Krisis ekonomi ini mencakup krisis pangan dan juga krisis energi. Capres ke depan adalah capres yang memahami geopolitik serta mampu mengatasi krisis lingkungan dan ekonomi.
*KEENAM; MAMPU MENCEGAH POLARISASI & DISINTEGRASI BANGSA*
Dalam konteks konflik global sekarang ini salah satu masalah nasional yang paling krusial bagi Indonesia adalah ancaman disintegrasi. Indonesia adalah negara besar dengan populasi mencapai 273 juta jiwa. Indonesia juga negara kepulauan, secara geografis Indonesia gampang dipecah. Indonesia juga beragam, sehingga semua faktor-faktor untuk membuatnya terbelah itu banyak; agama, ras, etnis. Indonesia juga punya keragaman agama yang sangat mungkin bisa di picu untuk di pecah-belah. Sekarang Indonesia masih bertahan, masih kelihatan rukun, karena tekanan ekonomi dari krisis global tidak sekuat yang terjadi di Eropa misalnya. Tetapi begitu Indonesia mengalami tekanan ekonomi yang sangat berat, maka kita punya ancaman disintegrasi. Kenapa ada ancaman disintegrasi? Karena begitu ada masalah ekonomi maka akan ada pihak dari luar yang mungkin menggunakan masalah ekonomi untuk memecah-belah Indonesia.
*KETUJUH; MEMBANGUN POLITIK POPULASI BUKAN POLITIK IDENTITAS*
Membangun politik populasi dan bukan politik identitas. Sekarang waktunya kita membutuhkan narasi yang menyatukan kita sebagai bangsa karena kita sangat berbeda, tapi pada waktu yang sama mengilhami kita untuk menghadapi krisis global yang sekarang ini sedang terjadi. Kita akan mempertahankan politik populasi yaitu politik jalan tengah yang akan menyatukan dan mencegah polarisasi yang selama ini sudah terjadi efek dari Pilpres 2014 dan 2019.
Ancaman terbesar kita dalam pilpres yang akan datang itu adalah polarisasi yang sangat berbahaya bagi keutuhan kita sebagai bangsa. Sekarang kita perlu kekuatan politik populasi atau politik jalan tengah yang kuat agar bisa menjadi faktor pemersatu.
TB.Solehhudin/Red
إرسال تعليق