Saya Ikut Kyai NU Saja



Saya Ikut Kyai NU Saja

Oleh Tubagus Solehudin, Ketua Klub Study Islam dan Politik (KSIP)

ANEKAFAKTA.COM,Tangerang

Dakwah Islam itu harus lembut. Santun. Rasional. Dan penuh cinta kasih.

Tugas Da'i hanya menyampaikan. Urusan hidayah, otoritas penuh  Alloh SWT yang menentukannya. 

Siapapun tidak bisa mengintervensi hak prerogatif Alloh SWT yang sangat mutlak tersebut.

Bila Da'i, Mubaligh, Atau siapa saja yang merasa telah berbuat baik kepada seseorang tapi belum juga terlihat hasilnya yang bisa dibanggakan tidak perlu kecewa. Kita sikapi dengan lapang dada. Karena hal tersebut sudah bukan ranah wilayah kuasa kita.

*Tugas kita adalah mensiarkan Islam sebagai ajaran Rahmah untuk manusia, Jin dan semua dimensi kehidupan baik yang bisa terlihat dengan mata daging kita atau yang bisa terlihat dengan mata batin kita.*

Nabi Nuh Alaihissalam merupakan tauladan seorang da'i yang sangat tangguh, militan dan memiliki lapang dada yang luar biasa.

Bayangkan saja, beliau berdakwah di kaumnya ratusan tahun. Namun yang taslim kepada ajaran Tuhan yang disampaikan oleh beliau hanya ratusan orang saja.

Namun beliau tidak berputus asa atau menyalahkan umat. Semua itu beliau sikapi dengan lapang dada. Sebab beliau yakin generasi selanjutnya akan menerima ajaran Islam yang beliau sampaikan kepada generasi saat ini yang menerima ajaran beliau.

Belajar dari Nabi Nuh Alaihissalam, bagi para da'i dan aktivis sebagai Agent of Change untuk kemajuan masyarakat bangsa, harus memiliki Keyakinan yang kuat akan keberhasilan dakwah di masa depan. *_Berlaku Prinsip spiritual,siapa yang menabur benih pasti akan menikmati hasil panennya._* 

Siapa yang berdakwah dengan lemah lembut sebagaimana dicontohkan oleh Para Nabi, Para Pewaris Nabi yaitu Ulama, para Auliya Alloh dan para Aktivis penggiat perubahan sosial bangsa pasti akan berbuah manis bagi umat  bangsa.

_Di Nusantara bahkan di Dunia, contoh dakwah yang sangat berhasil adalah Dakwahnya Para Walisongo di Tanah Jawa, Sultan Nan Salapan di Tatar Swarna Dwipa, Wali Pitu di Tatar Nusantara bagian Timur berkat Dakwah yang berlandaskan kasih sayang baik secara ucapan, sikap dan akhlak yang langsung bisa dirasakan oleh warga masyarakat bangsa saat itu._

*Dakwah yang berdasarkan napsu, amplop, dan kepentingan lainnya selain ikhlas semata-mata Karena Alloh tidak akan berbekas apa-apa. Kecuali menimbulkan konflik sosial dan kerusakan kehidupan berbangsa dan bernegara.*

Cobalah berfikir sejenak saja saudaraku, dulu di zaman keemasannya, Islam begitu berjaya di Eropa. Dalam sejarah mencatat, ada Cordova dan Istana Al Hamrah yang mewah luar biasa tapi hilang tanpa bebas dan jejak. Ketika simbol kemewahan Islam itu runtuh maka Islam pun di Eropa ikut runtuh bahkan lenyap hingga kini.

Mengapa? Karena Islam di Eropa dikenalkan melalui jalur penaklukan alias perang.

Sedang Islam yang diajarkan di Nusantara melalui pencerahan Batin dan alam pikiran warga masyarakat tentang keindahan Islam yang diajarkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW di Tanah Mekkah Al-Mukarramah tanpa membedakan Suku bangsa. 

Manusia mulia itu bukan berdasarkan nasab darah dan keturunan, tapi berdasarkan Taqwanya Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Alloh SWT. Siapapun berhak menjadi manusia sukses tanpa terhalang karena nasab dan darah. Itulah Islam sejati. Itulah jati diri Islam yang diajarkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW dan disiarkan oleh para Walisongo di Tatar Nusantara ini.

Mengajarkan Islam sebenarnya sederhana saja. Tidak rumit. Tidak juga harus membentuk grup-grup muhibbin agar terlihat memiliki banyak pengikut dengan doktrin-doktrin membodohi muhibbinnya. 

Ajarkanlah Islam dengan dengan cinta dan kasih sayang sebagaimana Nabi Kita, para Walisongo, Ulama, kyai dan Ustaz kita dulu di kampung mengajar alif-alifan kepada kita dengan penuh riang gembira. Dan kita pun berislam dengan penuh iman tanpa Doktrin yang membodohi alam pikiran kita.

Kita berislam menjadi manusia merdeka. Tercerahkankan alam batin dan pikiran kita. "Islam" yang menjajah alam batin dan pikiran kita itu bukan Islam. Apalagi yang sekarang ini banyak kita dengar ajaran ngawur yang di ajarkan oleh oknum habib sangat bertolak belakang dengan Islam. Doktrin habib tersebut yang terkenal seperti : 1 habib bodoh dan ahli maksiat lebih utama dibanding 70 Ulama Pribumi.

Jelas doktrin yang diajarkan kepada para "muhibbinnya" sangat membahayakan Indonesia kita yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi akal sehat.

Saya pribadi tidak percaya dengan doktrin oknum Habib tersebut memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni.

Bila saya simak dengan seksama, saya lebih percaya sikap mental berdakwah yang lembut dan mencerahkan dimiliki oleh kyai-kyai kita, ulama-ulama kita hasil didikan dari pesantren kita. Karena mampu menangkap napas derita dan perjuangan bangsanya. Dan mampu juga berbahasa dengan bahasa "ibunya". 

Kyai yang mengerti tentang kita itu kebanyakan bernaung di bawah bendera Nahdhatul Ulama (NU). 

Oleh karenanya, wajar saja kalau saya memilih ikut Kyai NU saja dalam berislam, berbangsa dan bernegara. Sebab dakwahnya sejuk dan damai. Tanpa banggain nasab. Beda banget dengan klan Baalawi yang selalu banggain nasab.

Semoga kita tetap jaga akal waras kita. Amiin.

Post a Comment

أحدث أقدم