Hadir Tokoh Putra Batak Saat Gelar Diskusi Percepatan Realisasi Provinsi Tapanuli Di Kampus Mpu Tantular.
ANEKAFAKTA.COM,Jakarta
Bertepatan dengan Hari Guru Nasional (HGN) dan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Internasional yang jatuh pada Jumat (25/11/2022) kemarin, sekelompok anak rantau putra/putri Batak di Jakarta menggelar diskusi Percepatan Realisasi Provinsi Tapanuli (Protap) di Kampus Mpu Tantular Jakarta Timur.
Diskusi yang di inisiasi dan dimoderatori Ketua Panitia Percepatan Provinsi Tapanuli (PPPT) JS. Simatupang, SH dan Ketua panitia kecil Drs.Binton Nadapdap itu, sukses menghadirkan 130 orang dan dihadiri sejumlah narasumber utama.
Diantaranya, hadir mantan Wakasad Letjen TNI (Purn) Cornel Simbolon, MSc, DR. Sabar Martin Sirait, DR. Parlindungan Purba, SH, MM dan Arist Merdeka Sirait, yang cukup terkenal seorang aktivis Indonesia sebagai Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak.
Dihadapan sejumlah awak media TV dan online, saat memberi kata sambutan, JS. Simatupang,SH yang juga pengacara dan praktisi hukum tersebut mengajak para peserta untuk ikut memberikan support dan masukan demi terwujudnya Protap.
Sementara Letjen TNI (Purn) Cornel Simbolon dan Parlindungan Purba yang sebelumnya mendengar penjelasan dari sudut pandang para tokoh serta kalangan aktivis, dengan kalimat familier di orang Batak, mengajak untuk menghentikan polemik mengenai dimana nantinya Ibu Kota Protap, apakah di Tele atau di Sipinsur, nanti aja tergantung pemerintah aja.
"Apakah nantinya Ibu Kota Protap di daerah Tele atau Sipinsur, boleh-boleh saja, yang terpenting mari terus kita gulirkan dan sosialisasikan bahwa Protap adalah kebutuhan bangsa Indonesia, bukan hanya kebutuhan dan kepentingan orang Batak atau orang Tapanuli," kata Letjen (Purn) Cornel Simbolon dan diaminkan oleh Parlindungan Purba.
"Ayo kita lakukan dengan silent action atau aksi sejuk dan menjauhkan dari konflik kewilayaan dan identitas atau kemargaan. Ayo kita ayunkan langkah dengan kebersamaan," ajaknya.
Letjen TNI (Purn) Cornel Simbolon berjanji mengajak dan minta dukungan dari para veteran pensiunan Tentara serta tokoh-tokoh masyarakat Batak untuk bersama-sama baik diluar Jakarta asal dari Tapanuli Tengah, termasuk pemikiran dari para Jenderal Purnawirawan di lingkungan TNI.
"Iya, nanti saya yang menghimbau kepada semua saudara kita, ayo bersama dengan kompak membahasnya, karena Protap kelak bukan hanya untuk kepentingan Batak semata, tetapi justru mendukung kebutuhan negara ini', tandasnya.
Pesan moral yang sama juga disampaikan DR. Parlindungan Purba sebagai mantan anggota senator DPD dari Dapil Sumateta Utara 2."B banyak sahabat saya di Senayan dan diberbagai tempat yang mendukung terbentuk Protap ini, semua berpandangan positif termasuk anggota DPR di Komisi 2 dan komisi lainnya. Kalau ada perbedaan pendapat itu adalah hal yang wajar, karena pada prinsipnya perbedaan sifatnya membangun adalah merupakan salah satu proses demokrasi yang baik. Kalaupun ada perbedaan pendapat atas proses terbentuknya Protap ini, ada mekanisme penyelesaian dengan pendekatan Tonggo Raja, sesuai amanat Dalihan Na Tolu" ucapnya.
"Kita harus kompak dan mari mengedukasi para pengambil kebijakan karena bagaimanapun cepat atau lambat Protap harus jadi," imbuhnya.
Sementara Arist Merdeka Sirait yang juga dikenal sebagai Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak dan aktivis Hak Asasi Manusia (Human Right Defender), mengatakan, anak adalah generasi penerus, keluarga, masyarakat Tapanuli dan bangsa Indonesia. Untuk itu, dia mengajak semua pihak untuk merealisasikan Protap demi perubahan menuju kebaikan pada generasi Batak.
Menurutnya, untuk percepatan realisasi Protap perlu dilakukan langkah-langkah strategis seperti sosialisasi ke masyarakat.
"Teruslah menabur kebaikan dan jangan lupa mengajak kaum perempuan Tapanuli. Ayo kita kumpulkan dan ajak perempuan Batak mendukung Protap, bila perlu dengan aksi-aksi damai ratusan orang menari sesuai budaya Batak di depan Istana Negara dengan membawa tari-tarian diiringi musik. Kita buat demo damai dan indah lewat budaya tanpa kekerasan, tambahnya.
Apalagi, kata Arist Merdeka Sirait di wilayah Tapanuli dalam tiga tahun terakhir selama negeri ini diperangi Covid-19, banyak fakta anak-anak menderita dan mengalami ketidakadilan.
Seperti kasus kekerasan seksual di Tapanuli sudah masuk dalam zona merah pelanggaran hak anak.
"Paling nenyedihkan, justru pelaku pelanggaran hak anak ada yang dilakukan orang terdekat bahkan orang tuanya , jadi Tapanuli sudah dalam situasi "TIHAS BOLON NASO TARPABUNI" di Tapanuli," kata Arist Merdeka Sirait.
Oleh sebab itu lanjutnya, mari kita perjuangkan mewujudkan Protap, kita libatkan partisipasi kaum perempuan Batak bersatu untuk Protap.
Pada sesi terakhir DR.Sabar Martin Sirait, aktivis penggagas Protap, juga mengatakan, dengan adanya pertemuan diskusi Percepatan Realisasi Protap seperti ini tidak lupa menyampaikan, ada filosofi, demi Protap "berjuta kawan kurang, satu lawan terlalu banyak. Dan anda sudah mendukung apabila diam tidak menghambat" tegasnya diakhir pembicaraannya.(AMS)
إرسال تعليق