Hasil Survei Nasional 2022 77 Tahun Kemerdekaan, Indonesia Menyongsong Pemilu 2024: Adakah Capres Alternatif?
JAKARTA,anekafakta.com
Direktur Eksekutif Lembaga Riset dan Konsultansi Politik ALGORITMA Aditya Perdana menyampaikan bahwa peluang munculnya figur-figur capres-cawapres alternatif masih terbuka. Hal itu diungkapkan Aditya merujuk pada survei nasional perdana pada lembaga yang dipimpinnya tersebut.
Pada telesurvei nasional yang dilakukan ALGORITMA ini tiga nama yang secara elektoral tertinggi yaitu secara berurutan untuk capres adalah Ganjar Pranowo (27,80), Anies Baswedan (18,574) serta Prabowo Subianto (12,9 Y6).
Sementara untuk Cawapres ada empat nama yang memiliki peluang elektoral yang besar yaitu Ridwan Kamil (24,66), Sandiaga Uno (14,390), Agus Harimurti Yudhoyono (8,370), dan Erick Thohir (7,5Y0). —
"Gap dengan nama-nama di urutan bawahnya cukup besar, namun bukan jaminan angka ini tidak berubah, terlebih jika para kompetitornya bisa melihat peluang kebutuhan publik terkait capres untuk Pilpres 2024," tutur Aditya.
PDIP masih memuncaki kompetisi elektoral dengan raihan sebesar 22", diikuti oleh Gerindra (14,35) dan Golkar (7,390). Pada umumnya partai-partai yang saat ini memiliki kursi di parlemen seperti PKB, Demokrat, Nasdem diperkirakan lolos ambang batas parlemen karena mendapat raihan suara di atas 490. Namun PPP dan PAN berpotensi rawan tidak lolos ke parlemen jika memperhatikan margin of error dari survei ini. Sementara itu, peluang partaipartai baru dalam kompetisi elektoral tidak cukup menjanjikan. Hasil survei menunjukkan, parpol baru tidak cukup dikenal dan hanya Partai Gelora, Partai Ummat dan Prima yang paling banyak dikenal publik.
Aditya menuturkan bahwa ada fenomena munculnya pesimisme publik bahwa nama caprescawapres akan terbatas pada beberapa tokoh yang memuncaki urutan tiga besar pada berbagai survei. Namun survei yang dilakukan ALGORITMA menunjukkan masih besar peluang untuk munculnya nama-nama capres alternatif.
"Masih ada gap antara pilihan politik masyarakat yang terekam dalam berbagai survei dengan persepsi dari publik terhadap kemampuan beberapa nama yang sudah beredar terkait
kemampuannya menyelesaikan beberapa masalah utama yang dihadapi bangsa ini," terang Aditya.
Menurut Aditya sekalipun beberapa nama memuncaki tiga besar dalam berbagai survei sebenarnya yang memilih pun masih ada ganjalan keraguan akan figur yang dipilihnya.
"Rupanya bahkan mayoritas responden yang dalam survei memilih salah satu nama yang ada di urutan 3 besar yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto masih memiliki keraguan tokoh yang dipilihnya merupakan sosok yang tepat dalam empat hal yang kami jadikan
tolok ukur yaitu: Polarisasi Masyarakat, Pemulihan Ekonomi, Pemberantasan Korupsi serta Peran Indonesia di Level Internasional," tambah Aditya
Menurut Aditya data mengenai persepsi ini seringkali terlewatkan padahal bisa menjadi masukan berharga untuk nama-nama baru untuk melejit ataupun" nama-nama pemuncak klasemen survei untuk memperkuat persepsi publik terhadapnya.
Direktur Riset dan Program ALGORITMA Fajar Nursahid memberikan penjelasan lebih jauh bahwa dinamika politik terkait sosok yang akan diusung di Pilpres 2024 sangat mungkin terjadi.
Hal itu menurutnya didukung oleh situasi partai yang sekalipun sudah mulai berkoalisi namun belum menentukan figur yang diusung.
Selain itu menurutnya berdasarkan hasil survei ALGORITMA publik kian rasional dalam menentukan pilihannya. Publik tetap sadar bahwa figur yang dipilihnya memiliki beberapa kekurangan dalam empat isu besar yang kami jadikan tolok ukur.
"Fenomena temuan kami dalam survei ini kami pandang sebagai hal yang positif karena setidaknya dua hal. Pertama, rakyat Indonesia kian realistis dalam menilai kemampuan dan potensi sosok yang dipilihnya. Sosok yang dipilih tidak dianggap sebagai sosok yang bisa melakukan segalanya. Yang kedua, kami melihat sangat besar peluang untuk menculnya capres alternatif karena masih ada gap yang cukup besar baik dari pemilih yang belum menentukan
pilihan maupun keyakinan akan kemampuan sosok-sosok yang namanya sudah beredar," ungkap Fajar.
Fajar menambahkan bahwa temuan-temuan spesifik seperti ini yang perlu menjadi bahan pertimbangan para figur yang namanya memuncaki bursa capres-cawapres. Menurutnya temuan
terkait gap dari sisi persepsi publik terhadap kemampuan capres maupun cawapres bisa dimanfaatkan minimal untuk tiga hal.
"Bisa dimanfaatkan untuk minimal tiga hal, yaitu, Pertama, menjadi masukan bagi partai politik peserta pemilu dalam memilih bakal calon presiden dan wakil presiden yang akan bertarung pada
Pilpres 2024. Kedua, masukan bagi capres yang namanya sudah beredar terkait gap publik terhadap performanya, serta ketiga, mendorong dan menggali lebih jauh jika ada apa capres yang belum muncul ke publik agar lebih dimunculkan ke hadapan publik," tambah Fajar. Survei ALGORITMA ditujukan terhadap 1.206 responden di seluruh Indonesia mewakili pendapat pemilih secara nasional. Margin of error diperkirakan #/3/4 pada tingkat kepercayaan 9549. Pengumpulan data dilakukan pada 23 Juli s/d 05 Agustus 2022, melalui wawancara telepon menggunakan kuesioner.
Erwin/Red
إرسال تعليق