Pro Kontra Pengelolaan Pasar Senin - Kamis Jembatan Tinggi Tanah Abang


KET. FOTO : TOKOH PEMUDA MASYARAKAT TANAH ABANG (TENABANG)


Pro Kontra Pengelolaan Pasar Senin - Kamis Jembatan Tinggi Tanah Abang



Wilayah Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat memiliki beberapa titik lokasi yang potensial sebagai pusat perdagangan dan bisnis. Perkembangan jumlah penduduk yang pesat, pusat tekstil/ bisnis yang kesohor, letak geografis yang strategis membuat Tanah Abang tetap dikenal dari jaman ke jaman. 

Daya pikat Tanah Abang terlalu tinggi sehingga dapat menghipnotis siapa pun, angka kaum urban besar begitu juga dengan roda perekonomian terus melambung. Tanah Abang menjadi salah satu primadona Jakarta, pesona nya luar biasa hingga ke mancanegara.

Disisi lain Tanah Abang (TENABANG) hampir tidak memiliki ruang/lahan terbuka yang maksimal, pembangunan terkesan tiada henti.   Tata Ruang Tanah abang menjadi dinamis Pekerjaan Rumah (PR) Pemerintah tak jua rampung, win -  win solution harus didapat agar Tanah Abang selalu kondusif.

Apakah mayoritas masyarakat Tanah Abang sudah dapat menikmati glamour dan nama besar dari semua itu ?  Ternyata masih banyak anak wilayah/kampung sendiri, yang dikesampingkan yang dinilai sebelah mata bahkan terabaikan nasib nya. Banyak faktor penyebab semua itu, namun pengalaman diatas menjadi pelajaran berharga bagi sebagian anak di wilayah Tenabang. Sudah saat nya putra daerah (tenabang) unjuk gigi, lebih intensif  membangun daerah nya, terus menjaga keutuhan wilayah nya maupun keutuhan wilayah NKRI.

Seperti pengakuan Yusman, salah satu warga Tenabang, pemilik Perguruan Silat Lenggang Betawi mengatakan," saya sebagai putra betawi dan salah satu cucu dari H. Sabeni (Jawara Tenabang tempo dulu) merasa terpanggil untuk bersinergi dengan teman - teman senasib. Pada dasar nya saya setuju jika sebagian wilayah bongkaran di jadikan pasar temporer dengan sebutan "Pasar Senin Kamis Jembatan Tinggi". Lokasi pasar berdekatan dengan pemukiman padat penduduk, Stasiun KA Tanah Abang dan Museum Tekstil. 

Kemudian untuk saat ini pengelolaan "Pasar Senin Kamis Jembatan Tinggi" sudah selayak nya di tata ulang dan dipercayakan kepada penduduk sekitar (anak wilayah), pemberdayaan lingkungan sebaiknya dimaksimalkan", ungkapnya. 

Keterbukaan masyarakat Tenabang terhadap kaum urban (pendatang) di wilayah sangat fleksibel, namun keberadaan kami sebagai tuan rumah harus lebih dihargai lebih diperhitungkan. 

Pepatah lama mengatakan "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung" , pesan moral inilah yang seperti nya nyaris tergerus , hilang dan harus segera diingatkan kembali", pungkas nya.

Nada serupa disampaikan oleh Adnan,"saya salah satu cucu dari Engkong Marjuki (Jawara Tenabang tempo dulu), dalam hal ini saya tidak setuju jika sebagian lokasi Bongkaran Jembatan Tinggi di jadikan Rumah Susun (Rusun/flat), di Tanah Abang sudah banyak berdiri Rumah Susun dan Gedung bertingkat. "Masa iya mau dibangun Rusun didekat lintasan Kereta Api maupun DAS (Daerah Aliran Sungai). Saya kurang setuju jika dibangun Rusun lebih baik sebagian lokasi Bongkaran di buat pasar tekstil alternatif (non permanen)", demikian beber nya.


Untuk status tanah di sebagian wilayah Bongkaran menjadi sorotan masyarakat,status tanah tersebut terus diperdebatkan, kemudian luas 3,8 H diduga milik ahli waris (a/n. Sulaeman Effendi Bin Ali Ramat, Hj. Muti'ah lLjas Binti Oemar). Kemudian luas lahan Bongkaran yang 800 H tetap jadi milik PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI). Pada kesempatan kemarin (Jum'at 24/7/2020) sebagian tokoh pemuda Tenabang yang hadir di lokasi pertemuan mengatakan bahwa pihak ahli waris telah mengadakan kesepakatan dengan tokoh pemuda setempat, untuk pengembangan potensi wilayah. 

Segala bentuk keserakahan dan tekanan yang berasal dari segala penjuru sebaik nya diredam, guna menghindari konflik berkepanjangan. 

Mari bersama jaga keutuhan wilayah dan NKRI, tumbuhkan perekonomian yang sehat demi kesejahteraan dan kemakmuran.

(MERCY/Red)

Post a Comment

أحدث أقدم