Silat Beksi Sebagai Warisan Budaya Lokal Petukangan

Silat Beksi Sebagai Warisan Budaya Lokal Petukangan


Meilly Nurlaela Hamidah selaku Mahasiswi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Fak. Ushuluddin dan Adab mengunjungi Desa Wisata Kampung Budaya Pencak Silat Beksi dalam rangka penelitian tugas akhirnya. Desa Wisata Kampung Budaya Pencak Silat Beksi merupakan salah satu wilayah yang sampai saat ini masih terus menjaga dan melestarikan salah satu warisan budaya lokal khas Betawi yaitu Silat Beksi. Beliau menemui Guru Besar Pencak Silat Beksi, Baba Dasik Aripin dan mengatakan bahwa kesenian pencak silat Beksi di bawa langsung ke wilayah Petukangan berasal dari para murid yang telah berguru di Dadap.
"Dahulu jurus silat Beksi pertama kali di bawa ke Petukangan oleh H. Godjalih yang kemudian dikembangkan lagi oleh H. Hasbullah. Kong Simin, Kong Nur, Mandor Minggu, sehingga Silat Beksi kemudian dapat berkembang di Petukangan dengan ciri khasnya masing-masing yang berbeda dengan wilayah-wilayah lain," ujarnya, Minggu (30/10/22).
Senada dengan itu, Baba Misin selaku guru besar Silat Beksi melalui silsilahnya keilmuannya dari Guru Mandor Minggu mengatakan bahwa Silat beksi khas Betawi, khususnya dari jalur Mandor Minggu sendiri memiliki keunikan yang khas yaitu dengan mengandalkan kekuatan gerakan yang keras, meskipun tidak dibekali dengan kekuatan ilmu dalam. Jurus silat Beksipun memiliku keunikan tersendiri, dimana pada awalnya terdapat 24 nama jurus yang kemudian ketika digabung dapat menjadi 12 jurus saja, namun ketika dipelajari jurus-jurus tersebut jumlahnya dapat melebihi dari 24 jurus. 
"Hal ini tentu saja unik dan berbeda, silat beksi menjadi suatu seni yang unik yang terkenal akan gerakan tangannya yang berposisi celentang ketika menyerang," ujarnya. 
Oleh sebab itu, kekhasan dan keunikan dari silat Beksi tersebut sudah sepatutnya dikembangkan dan diwariskan kepada para anak cucu kita nanti.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahir dan berkembangnya pencak silat Beksi khususnya di wilayah Petukangan, sampai saat ini terdapat banyak sekali guru besar yang masih menjaga sanad keilmuan Silat Beksi yang berasal dari guru-guru mereka. Sehingga pelestarian seni dan budaya Betawi yaitu Silat Beksi masih tetap eksis dan berkembang di wilayah Petukangan. 
"Silat Beksi dapat dikatakan sebagai suatu simbol perjuangan karena silat beksi merupakan suatu bentuk atau upaya perjuangan para laskar terdahulu dalam melawan segala pergolakan," tutur Abdul Aziz di dampingi Rezel dan Reymond selaku penggiat Desa Wisata Kampung Budaya Silat Beksi.
Menurutnya bahwa orientasi dalam melestarikan kesenian silat beksi, yaitu ketika Beksi yang menjadi nilai utama di Petukangan selanjutnya dapat berkembang menjadi suatu potensi yang dapat menjadikan Petukangan sebagai wilayah yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata ataupun pusat kebudayaan. Sehingga nantinya dapat membuka suatu lahan ekonomi baru bagi masyarakat serta perguruan di wilayah sekitar Petukangan. Selain itu, para anak cucu di masa depan diharapkan pula dapat merasakan potensi kekayaan yang dimiliki wilayah Petukangan Ini. 
"Dengan demikian, salah satu produk kesenian yaitu silat Beksi sudah sepatutnya dapat berkembang di wilayah Petukangan, dapat pula merembat atau berkolaborasi ke dalam bentuk-bentuk kesenian lainnya sehingga hasil akhirnya dapat menjadi manfaat, minimal untuk masyarakat sekitar wilayah Petukangan ini," harapnya.

Azis/Red

Post a Comment

أحدث أقدم