Menjadi Santri di era Metaverse: Tantangan dan Merengkuh Masa Depan



Menjadi Santri di era Metaverse: Tantangan dan Merengkuh Masa Depan


ANEKAFAKTA.COM,Tangerang

Oleh KH Tubagus  Sehabudin Assa'idy Pengasuh Pesantren Daarussa'dah Jatiuwung Kota Tangerang Banten

Menjadi Santri di era metaverse memiliki ceritanya sendiri. Sebab gambaran tentang pondok pesantren juga sudah jauh berkembang dan berbeda dari cerita para santri zaman beuheula.

Perkembangan zaman yang sangat cepat, mau tidak mau juga akan diikuti oleh perkembangan pesantren khususnya dan umumnya semua aspek kehidupan masyarakat. Kita tidak bisa menutup mata atau memaksa menutup diri dari perkembangan digitalisasi kehidupan.

Kaum pesantren harus melek atas kemajuan zaman ini. Di era metaverse secara perlahan akan mengarah pada digitalisasi. Bagi pesantren yang tidak mampu mengikuti perkembangan zaman ini sudah pasti akan kesulitan mengembangkan "postur" pesantren yang mampu bertahan dan berkembang serta maju terhadap kemajuan zaman.

Era digitalisasi harus kita respon dengan pro aktif. Artinya kaum pesantren harus membuka diri lebih luas untuk berinteraksi dengan berbagai pihak luar. Agar kaum pesantren mampu merespon perkembangan zaman tidak gagap dan tidak gagal paham. 

Tantangan terbesar kaum pesantren adalah kultur pesantren itu sendiri.  Maksud penulis, kita harus berani mengevaluasi kultur pesantren yang tidak produktif dan pro aktif untuk segera dibuang. Seperti contoh pola pengajaran dan kurikulum pesantren. Dulu bisa jadi, pola pesantren bersahaja, apa adanya dan tidak terpola Sistem pembelajarannya dan tersentral pada sosok tunggal pengasuh ( baca : kyai). 

Mungkin di zaman sekarang pola ini harus kita sempurnakan dengan manajemen pondok yang lebih kolektif dalam mengelola pesantren. Sehingga target-target pembelajaran pesantren bisa tercapai baik dari segi kurikulum nasional maupun kurikulum lokalnya. Sehingga output lulusannya pun bisa berkembang ketika memasuki "dunia kerja" dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Ekspektasi Masyarakat terhadap pesantren sangat tinggi. Sebab masyarakat meyakini bahwa lulusan pesantren bisa diandalkan di masyarakat. Tidak hanya mampu menjadi mengisi pengajian keagamaan  tapi lebih dari itu lulusan pesantren memiliki kelebihan ketangguhan mental yang luar biasa. Sehingga lulusan pesantren mampu berkompetisi dan mewarnai kehidupan sosial budaya dan politik bangsa.

Kita bisa melihat, peran-peran santri terhadap bangsa dan negara. sangat penting dan strategis. Bisa kita katakan santri adalah pilar utama teguhnya NKRI. Catatan akan tersebut bisa kita lihat dari situasi krusial yang mengancam eksistensi Bangsa dan NKRI. Sebagai catatan sejarah peristiwa perlawanan 10 November 1945, sikap PBNU menerima Pancasila sebagai asas tunggal, dan doktrin NKRI harga mati yang sekarang sangat populer. Itu semua merupakan contoh kecil santri mampu memainkan peran penting Sosio politik kebangsaan.

Sejarah penting santri dalam kebangsaan harus kita maknai dan harus kita jadikan modal spirit yang terus menyala dari menit ke menit. Dari jam ke jam. Dari hari ke hari. Dari Minggu ke Minggu. Dari bulan ke bulan dan dari tahun ke tahun. Agar  sebagai santri sadar bahwa kita adalah owner dari Republik Indonesia yang kita cintai. 

Oleh karenanya, kita juga harus sadar bahwa setiap eksistensi sejarah akan selalu diuji oleh tantangan sejarah juga di setiap zamannya. 

Zaman kita memiliki tantangannya sendiri yang harus kita hadapi. Zaman kita memiliki problematikanya sendiri yang harus kita selesaikan. Maka tidak berlebihan, bila penulis mengingatkan kaum pesantren harus berani merespon setiap tantangan zaman dengan pro aktif dan terus mengembangkan postur pesantren dengan  perkembangan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kemajuan zamannya.

Insyaallah eksistensi pesantren akan bertahan hingga youmil Qiyamah. Abadi selamanya. Amin.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama