Festival Topeng Blantek III Perlu Disosialisasikan Kepada Dunia Pendidikan Agar Tercipta Regenerasi Dan Revitalisasi Seni Budaya Betawi
ANEKAFAKTA.COM,JAKARTA
Sayup-sayup terdengar suara rombongan pemain masuk dari wing kanan dan kiri medendangkan syair "Hey, selamat datang - Hey, para penonton - Hey, bersama kami –Kampung Silat Petukangan" secara bersahut-sahutan diiringi tetabuhan rebana dengan riang gembira.
Selanjutnya ditengah arena pentas sambil berdendang, seluruh pemain mengenalkan diri dan berperan sebagai apa satu persatu secara tertib bergantian. Setelah itu, seluruh pemain beberes masing-masing dan siap untuk bermain Topeng Blantek diantara tiga sundung dan satu obor sebagai pembatas permainan. Selanjutnya musik gemuruh diselingi lelaki bertopeng (Jantuk) dan lelaki bertopeng (Bodor) sambil menari dan besambut pantun memasuki arena bermain.
Demikian pernyataan Abdul Aziz selaku Penulis Cerita sekaligus Sutradara dalam Pentas Topeng Blantek Lakon "Hikayat Si Raja Gagu" disela Kegiatan Festival Topeng Blantek II pada Sabtu, 26 Oktober 2024 di Taman M Saidi Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Dijelaskannya bahwa Pentas Topeng Blantek Lakon "Hikayat Si Raja Gagu" kali ini adalah suatu bentuk keresahan bangsa yang selama ini dipimpin oleh pemimpin yang seakan-akan gagu dalam menyikapi ketimpangan dan kesimpangsiuran masyarakat dan membuat peraturan untuk kepentingan pribadinya, mulai dari pemimpin tingkat bawah sampai pemimpin tingkat atas.
"Dari dasar itulah, saya mencoba untuk berbuat sesuatu melalui karya lakon dalam rangka mengungkapkan keprihatinan terhadap bangsa selama ini. Selain itu juga, saya berusaha menyuguhkan lakon Topeng Blantek yang sedikit berbeda agar "fresh" tetapi tetap dengan pakem-pakem Topeng Blantek yang ada seperti menggunakan setting sundung dan obor serta tokoh Si Jantuk dan Bodor dalam membuka serta menutup lakon," jelasnya.
Ditegaskannya bahwa dalam pentas ini pun, saya mengajak siswa-siswi SMP/SMK untuk berlatih selama 10 hari dan bermain, dengan demikian secara tidak langsung memberikan pengetahuan tentang seni budaya tradisi Betawi sejak dini. Topeng Blantek ini termasuk seni teater Betawi yang hingga saat ini terancam punah, sehingga sangat diperlukan regenerasi pemain serta revitalisasi konsep cerita yang lebih "fresh".
"Jangan sampai terkesan monoton pentas Topeng Blantek yang pemainnya tua-tua dan juga ceritanya seringkali berulang yang terkesan tidak ada kreativitas dalam seni teater Betawi, khususnya Topeng Blantek," tegasnya.
Ditambahkannya bahwa diharapkan pentas Topeng Blantek Lakon "Hikayat Si Raja Gagu" ini dapat memantik kepedulian generasi muda untuk berani tampil dalam rangka regenerasi pemain serta revitalisasi cerita lakon, sehingga ke depan akan muncul pemain-pemain muda serta penulis cerita dan sutradara dari kalangan muda, khususnya siswa-siswi SMP/SMK dan mahasiswa yang peduli kepada seni budaya Betawi.
"Dalam menjawab hal itu semua, saya mengajak kepada pemerintah, dunia pendidikan, seniman dan budayawan Betawi untuk duduk bersama mewujudkan Festival Topeng Blantek III Tahun 2025 yang fokus kepada lomba Topeng Blantek antar sekolah dengan konsep diskusi, apresiasi dan atraksi," imbuhnya.
Aziz/Red
Posting Komentar