Quo Vadis Daya Tarik Artis Dalam Kampanye



Quo Vadis Daya Tarik Artis Dalam Kampanye

Oleh Tubagus Saptani Suria, S.E., M.E

Di setiap kontestasi pilkada, pilgub dan pilpres paslon punya pendekatan kreasi tersendiri untuk bisa mendulang suara pemilih. Dengan disederhanakan tujuannya agar bisa menang. 

Pasti kita setuju. Karena siapapun kontestannya berkeinginan untuk bisa menang. Bagaimanapun caranya selama dalam koridor tata aturan demokrasi yang disepakati sah-sah saja memainkan apapun. Termasuk "menyewa" artis atau publik figur yang bisa menjadi magnet untuk mendatangkan massa dalam event kampanye. 

Pertanyaan sederhananya, apa benar kehadiran artis dalam kampanye efektif bisa mendulang suara pemilih? Atau hanya sekedar lipstik cuma bikin ramai saja. Atau bisa saja massa hadir hanya untuk bertemu artisnya sebagai hiburan yang artinya tidak mengenal paslon. Memang belum ada hasil riset yang memadai kesimpulannya bahwa artis bisa mendongkrak suara pemilih para kontestan dalam event Pilkada, Pilgub atau pilpres.

Di era metaverse ini, setiap pemilik suara  sangat terbuka dan sangat sulit untuk bisa didikte. Demokrasi kita sudah begitu sangat maju. Tidak hanya figur dan figuran yang menjadi pagar ayu yang dipandang oleh pemilik suara. Namun gagasan dan track record yang dipunyai oleh sang kandidat menjadi sorotan amat penting yang bisa menarik suara pemilih. 

Belajar dari pilpres kemarin, Paslon yang mendapat perhatian lebih adalah Paslon yang memiliki gagasan dan program yang menarik serta realistis serta didukung oleh track record dan garantor yang mendukungnya. Dengan keberanian berupaya mendatangi calon pemilih membawa rancangan kerja-kerja kerakyatan ikhtiar politik yang sungguh-sungguh adalah satu variabel meningkatnya elektabilitas dan popularitas.

Bagi kita agar menjadi konsensus bahwa faktor figur dan ketokohan Paslon menjadi ukuran pemilik suara untuk mendukung atau tidaknya kemenangan Paslon. 

Artis dalam konteks ini, penulis melihat kehadirannya hanya untuk meramaikan "kampanye" saja. Bukan untuk mendulang suara pemilih. Dengan keterbatasan masa waktu kampanye "jalan pintas" ini sengaja di pilih untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas dan popularitas.

Hal ini dibuktikan dari pantauan penulis komentar warganet di medsos tentang kehadiran artis dalam kampanye Paslon malah bernada negatif. So, saatnya menjadi pemilih cerdas, pemilih untuk menjadi penuntun bukan penonton.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama