Menumbuhkan Jiwa Enterpreneur sejak Usia Dini : Belajar dari Sejarah Masa Kecil Nabi Muhammad SAW 




Menumbuhkan Jiwa Enterpreneur sejak Usia Dini : Belajar dari Sejarah Masa Kecil Nabi Muhammad SAW 

Oleh Haji Raden Andre, Ketua Komite Sekolah SMAN 12 Jakarta Timur

Dalam catatan Sirah Nabawiyah, sejak usia dini Muhammad SAW sudah dididik menjadi pribadi yang mandiri. Bukan kebetulan karena beliau seorang yatim, namun pola asuh yang menjadi tradisi dari suku Quraisy "memaksa" setiap anak yang telah berusia dua tahun harus diasuh oleh wanita dari suku pedalaman. Sehingga anak-anak seusia paud sudah merasakan pola asuh mandiri yang sangat penting buat bekal kehidupan di masa depan. 

Adalah Siti Halimah Sa'diyah wanita yang beruntung yang mendapat kepercayaan dari sang kakek Abdul Muthalib yang mengasuh sang cucu yang bernama Muhammad. 

Halimatus Sa'diyah adalah wanita suku pedalaman yang masih memegang "tradisi" Tauhid yang ketat dan berbahasa suku masih terjaga. Sehingga nilai-nilai moralitas, kerja keras, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya tertanam dalam jiwa Muhammad kecil.

Dalam Sirah Nabawiyah juga diceritakan, selama diasuh oleh Siti Halimah Sa'diyah Muhammad kecil mengikuti pola asuh yang ada di keluarga tersebut. Muhammad kecil ikut menggembala kambing dengan putera Halimah Sa'diyah dan temen-temen sebayanya. Tidak ada privilage. Atau diistimewakan karena Muhammad kecil adalah cucu dari pembesar Suku Terhormat Bani Quraisy. 

Proses Pola Asuh yang dilakoni oleh Muhammad kecil sangat manusiawi banget. Tidak ada yang aneh-aneh. Seperti menggembala kambing, bermain dengan teman sebayanya, dan menjaga moralitas sebagai warga suku yang masih ketat memegang tradisi agama Nabi Ibrahim.

Gemblengan dalam pola asuh oleh Siti Halimah Sa'diyah yang kelak membentuk karakter Muhammad kecil begitu sangat mandiri dan bertanggung jawab. Meskipun usia Muhammad baru 8 tahun tapi mentalitasnya sudah tertempa. Maka tidak mengherankan bila pamannya Abu Thalib mempercayakan Muhammad kecil ikut berniaga ke negeri Syam bersama sang paman.

Kecerdasan, kemandirian, bertanggung jawab, kejujuran serta moralitas yang unggul Muhammad kecil mampu menjalankan tugasnya sebagai pedagang. Sehingga paman beliau Abu Thalib tidak ragu lagi mengajak beliau berniaga. 

Pengalaman berniaga ke negeri Syam dan selalu mendapatkan kepercayaan dari sang Paman secara perlahan-lahan menjadi buah bibir di kalangan bangsawan dan Saudagar di Mekkah. Maka kemudian sang Saudagar yang bernama Siti Khadijah mempercayakan kafilah dagangnya kepada Muhammad SAW. Dan sejarah mencatat kafilah dagang Muhammad SAW mendapat keuntungan yang besar dan memberikan kepada sang Tuannya Siti Khadijah kepuasan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ya Muhammad SAW membuktikan dirinya sebagai Saudagar yang terpercaya dan bisa dipercaya.

Menilik dari Sirah Nabawiyah ini, sebagai orang tua kita tidak bisa mengharapkan anak kita ujug-ujug menjadi konglomerat atau pengusaha besar tanpa adanya pola asuh yang membentuk pola pikir dan pola jiwa sebagai Saudagar, bisnisman atau konglomerat. 

Oleh karenanya, bila kita belajar dari Sirah Nabawiyah maka sangat perlu sejak usia dini harus sudah ditanamkan nilai-nilai kemandirian, kejujuran dan berani bertanggung jawab atas apa yang menjadi tupoksinya agar kelak memiliki memori sukses sebagai manusia unggul yang sesuai dengan cita-citanya. Amin.

Post a Comment

أحدث أقدم