Perlukah Kita Bangun kembali Poros Jakarta Beijing?




Perlukah Kita Bangun kembali Poros Jakarta Beijing?

Oleh Tubagus Solehudin, Ketua Klub Study Islam dan Politik (KSIP)

Sangat menarik mengikuti perkembangan hubungan bilateral Indonesia Tiongkok. Terlebih di era sudah berakhirnya perang dingin antara Amerika vs Sovyet. Dengan kekalahan telak berada di pihak Sovyet yang kemudian bermetamorfosis menjadi Negara Rusia.

Indonesia sendiri memiliki sejarah panjang menjalani hubungan bilateral dengan Tiongkok terutama di masa Pemerintahan Bung Karno. Hubungan erat Indonesia dengan Tiongkok ditandai dengan dibentuknya poros Jakarta Peking. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh kepada negara manapun. Hal ini menandakan Tiongkok begitu spesial bagi Bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Bung Karno.

Bahkan jauh sebelumnya ketika Indonesia masih berbentuk Kerajaan dan Kesultanan hubungan dengan Tiongkok sudah terjalin dengan erat. Bahkan Istri Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Djati Syekh Syarif Hidayatullah adalah Puteri Bangsawan dari Tiongkok yang bernama Puteri Ong Tien. Beliau adalah Puteri dari Kaisar Hong Gie di masa Dinasti Ming. Untuk bisa menjadi Istri Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Djati Syekh Syarif Hidayatullah di Cirebon beliau harus menempuh perjalanan panjang melintasi laut China Selatan dan Laut Jawa. 

Perjuangan Puteri Ong Tien untuk bisa diperistri Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Djati Syekh Syarif Hidayatullah Cirebon merupakan bukti sejarah bahwa Hubungan Tiongkok dan Nusantara yang kini bernama Republik Indonesia sudah terjalin erat sejak dulu kala. Tidak hanya hubungan dagang, politik, budaya, ilmu pengetahuan bahkan jauh dari itu hubungan itu diperkuat dengan pernikahan antar Bangsawan.

Maka wajar saja bila hubungan emosional dengan Tiongkok akan selalu berdenyut di setiap pemimpin Bangsa Indonesia. Bahkan di era Presiden Soeharto yang pernah memutuskan hubungan bilateral dengan Tiongkok disebabkan karena masalah tragedi politik '65 toh akhirnya menormalkan kembali hubungan bilateral dengan Tiongkok.

Bagi Pemimpin Bangsa Indonesia ikatan emosional dengan Tiongkok sulit di bantah. Sejak Era Presiden Bung Karno hingga era Presiden Jokowi terus mengalami peningkatan dan perkembangan yang signifikan. Terlebih Saat ini Tiongkok mengalami kemajuan yang luar biasa. Begitu juga dengan Indonesia, di era Presiden Jokowi kemajuan pembangunan begitu nyata terlihat. Di era Presiden Jokowi, pembangunan jalan tol  nyaris tuntas yang tersambung dari ujung barat Pulau Jawa (Banten) dengan ujung timur Pulau Jawa (Jawa Timur). 

Ketersambungan Jalan Tol ini memiliki dampak yang sangat besar bagi pembangunan ekonomi bangsa. Tidak hanya jalan Tol, pembangunan moda Transportasi Kereta juga sangat revolusioner. Dari yang begitu jorok, kotor dan bau menjadi moda transportasi yang sangat menyenangkan. Penulis pernah mengalami naik kereta bersama kambing, ayam, sayuran dan numpuknya pedagang asongan. Tapi itu menjadi kenangan indah yang sangat berkesan.

Artinya kita harus bersyukur atas kemajuan pembangunan bangsa kita. Di setiap era Presiden pasti ada kemajuan yang dicapai dan di era Pak Jokowi menemukan momentumnya yang mencengangkan. Indonesia sebagai Bangsa besar di kawasan Asean mampu bangkit dari segala "ketertinggalan" dengan negara Jiran. Alhamdulillah di era Presiden Jokowi wilayah udara di daerah Natuna dan sekitarnya sekarang sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi setelah sekian puluh tahun diserahkan kepada negara Jiran Singapura.

Nah dengan kemajuan yang kita capai ini kita berharap pemimpin bangsa pasca Presiden Jokowi dalam hal ini Haji Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih harus mampu meningkatkan hubungan bilateral dengan negara manapun termasuk dengan Tiongkok. 

Bangsa Indonesia adalah Bangsa besar. Baik dalam catatan sejarah, memiliki kekayaan SDM, SDA dan budaya yang berlimpah ruah. Perlu dicatat, hanya Indonesia bangsa yang mampu menegakkan kehidupan yang harmonis tanpa membedakan SARA. Berkat ideolog Pancasila yang dianut oleh bangsa Indonesia, kekuatan sejati Bangsa secara perlahan pasti mulai bangkit.

Dengan posisi yang sejajar dengan Tiongkok, penulis memandang hubungan bilateral dengan Tiongkok perlu harus lebih ditingkatkan. Bangsa Indonesia masih perlu terus belajar dari kemajuan Bangsa Tiongkok yang terlihat begitu spektakuler agar bangsa kita bisa menjadi asa kemajuan yang sudah dicapai.

Oleh karenanya, pertanyaan sederhananya, perlukah bangsa Indonesia membangun kembali Poros Jakarta Beijing seperti yang pernah dilakukan di era  Bung Karno?

Jawaban dan keputusannya kita serahkan kepada pemenang pilpres tahun 2024.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama