REVOLUSI MENTAL KEPEMIMPINAN DIGITAL

REVOLUSI MENTAL KEPEMIMPINAN DIGITAL

Oleh: Agus Suto

Salah satu isu menarik saat ini adalah soal kepemimpinan. Apalagi kalau dikaitkan Pemilu tentu kita sedang berproses mencari sosok figur pimpinan nasional, Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur, Bupati dan Walikota. Begitu pada level tertentu, semisal Kepala Lembaga juga menjadi isu yang tak kalah menarik dalam lingkup internal lembaga tersebut. Dan di era saat ini saya melihatnya itu adalah  karena kita mengangkat kepemimpinan digital, karena kita sudah tercebur ke dalam samuderanya. Kita tahu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah begitu tingginya, dunia serba digital. Semua lembaga organisasi apapun, mau tidak mau tidak mau juga pasti akan berhadapan dengan soal digitalisasi ini.

Berbicara tentang Kepemimpinan Digital ini disebutkan bahwa organisasi merupakan social system yang multi-layers. Mulai dari sistem yang terkecil, yaitu: individu, kemudian berkembang menjadi interpersonal relationship, menjadi grup, selanjutnya menjadi department atau division, akhirnya menjadi business unit, bahkan berkembang menjadi group of businesses. Semakin luas cakupan suatu sistem sosial, maka akan semakin strategis peranan struktur organisasi. Secara generik, struktur organisasi menciptakan posisi superior, dan subordinates. Posisi supervisor dapat berupa director, general manager, manager supervisor, atau pun team leader. Sedangkan, posisi subordinate dapat berupa anggota tim kerja staf fungsional, yang memiliki keahlian tertentu atau staf operasional yang memiliki beragam keahlian.


Definisi kepemimpinan ini mencakup hal-hal penting yang dapat menginspirasi orang lain dan bersiap melakukannya. Kepemimpinan efektif adalah didasarkan pada ide-ide (baik yang orisinal atau yang dipinjam), tetapi ide itu tidak akan terwujud tanpa dikomunikasikan kepada orang lain dengan cara melibatkan mereka untuk bertindak sebagaimana pemimpin inginkan. Sederhananya, pemimpin adalah inspirasi dan pengarah aksi. Dia adalah orang dalam kelompok yang memiliki kombinasi kepribadian dan keterampilan kepemimpinan yang membuat orang lain ingin mengikuti arahannya. Kepemimpinan adalah topik yang kompleks dan dapat dipelajari dengan berbagai cara yang membutuhkan definisi yang berbeda. Manajer adalah orang yang memiliki jabatan dan wewenang formal. Seorang pemimpin adalah mungkin seorang manajer atau bukan, tetapi dapat mempengaruhi orang lain. Menjadi pemimpin yang memegang posisi formal atau menjadi manajer adalah tidak wajib.

Saya setuju dengan pendapat Ward (2020) tentang Kepemimpinan ini. Ward mengatakan kepemimpinan adalah seni memotivasi sekelompok orang untuk bertindak menuju pencapaian tujuan bersama. Dalam lingkungan kerja di Perpustakaan Nasional, khususnya di Pusat Jasa Informasi dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara), karena Pujasintara ini merupakan salah satu pusat pelayanan publik, dimana out yang dicapai adalah banyak pemustaka, dan outcamenya itu adalah capaian kepuasan masyarakat terhadp pelayanannya, maka leadership ini haus mampu menumbuhkan motivasi yang kuat bagi SDM (pustakawan)-nya dalam melayani masyarakat, dan salah satu kecapakan yang harus di miliki oleh Pimpinan dan Pustakawan ini adalah kemampuan digital. Oleh karena itu kepimpinan digital ini sangat diperlukan dalam kelancaran organisasi yang menaungi pelayanan publik ini.

Dua dekade terakhir, para pemimpin organisasi telah menghadapi eskalasi seperti meningkatkan jangkauan global organisasi karena melakukan bisnis di luar batas-batas negara, dan secepat mungkin melakukan inovasi berbasis teknologi informasi. Pendekatan kepemimpinan konvensional menjadi tidak efektif untuk mengelola dan memimpin bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Kebutuhan mendesak untuk melampaui kepemimpinan konvensional dan menggunakan gaya kepemimpinan baru. Kepemimpinan berarti interaksi antara pemimpin dan pengikutnya di mana pemimpin membimbing dan mengawasi pengikutnya untuk melakukan pekerjaan. Jadi, kepemimpinan berarti memengaruhi orang- orang untuk bekerja mencapai tujuan organisasi, kelompok, atau mungkin juga tujuan pribadi pemimpin.

Pendekatan kepemimpinan yang digunakan oleh para pemimpin virtual, disebut e-leadership. Pemimpin virtual adalah pemimpin yang mengarahkan orang-orang dari jarak jauh untuk melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka menggunakan teknologi baru untuk meningkatkan pekerjaan mereka, untuk menemukan model bisnis baru, untuk berkomunikasi dengan pengikut mereka. Interaksi tatap muka tradisional telah diganti dengan media elektronik. E- leadership terutama ditemukan dalam e-business: bisnis yang dilakukan melalui media elektronik terutama melalui internet. E-leadership yang juga disebut kepemimpinan jarak jauh dan itu menggantikan kepemimpinan tradisional karena kemajuan teknologi.

Pemimpin virtual harus berkomunikasi dengan orang-orang melalui media elektronik secara efektif. Padahal tanpa komunikasi tatap muka, sangat sulit untuk memercayai seseorang. Jadi, membangun kepercayaan dengan pengikut dalam komunikasi virtual adalah tantangan besar bagi pemimpin karena komunikasi tatap muka tidak terjadi di antara mereka. Juga sangat sulit bagi pemimpin untuk menginspirasi orang-orang, memotivasi dan mengilhami mereka untuk melakukan pekerjaan dengan baik dalam situasi virtual karena dia tidak dapat melihat reaksi dan ekspresi mereka tentang arahan dan bimbingannya. Kalaupun komunikasi virtual dapat dilakukan secara efektif, pemimpin virtual masih harus berusaha keras mengarahkan dan membimbing orang-orang dari jarak jauh.

Kita masih mengingat dua tahun lebih pandemic menghantam Indonesia, semua sendi-sendi kehidupan lumpuh. Begitu dahsyatnya pandemi Covid-19 telah memberikan akselerasi dan pengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan tak terkecuali bidang perpustakaan. Perpustakaan Nasional di tengah masa pandemi waktu itu  terus menyelenggarakan layanan perpustakaan dan informasi sebagai salah satu layanan publik dengan tetap menjaga protokol kesehatan dan mengikuti kebijakan yang ditetapkan Pemerintah. Layanan perpustakaan Perpustakaan Nasional dapat dinikmati masyarakat Indonesia baik tatap muka maupun online. Layanan online Perpustakaan Nasional, yang tidak tergantung dengan buka atau tutupnya Gedung layanan Perpustakaan, memperluas jangkauan layanan ke seluruh wilayah nusantara. Layanan perpustakaan tatap muka dan online Perpustakaan Nasional terus menerus mengalami kenaikan dimana di tahun 2021 mencapai jumlah 15 juta pemustaka merupakan bukti atas rasa hausnya masyarakat akan informasi, demi untuk meningkatkan literasinya.

 

Peningkatan Literasi Digital

 

Perpustakaan Nasional memastikan ikut andil dalam peningkatan literasi masyarakat yang menjadi agenda pembangunan nasional. Berbagai kegiatan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial diselenggarakan di berbagai daerah untuk menjalankan peran perpustakaan dalam peningkatan literasi masyarakat yang berujung pada potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Literasi menjadi kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap individu dalam masyarakat Indonesia, agar dapat mengantarkan terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Kemampuan literasi merupakan bentuk cognitive skill, yang memampukan manusia untuk mengidentifikasi, mengerti, memahami, dan mencipta yang diperoleh dari kegiatan membaca, yang kemudian ditransformasikan dalam kegiatan yang produktif dan memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan kesejahteraan.

Peningkatan literasi digital dan penguatan budaya literasi diusung Perpustakaan Nasional, salah satunya, melalui layanan yang memberikan bimbingan, pengajaran kemampuan literasi informasi kepada masyarakat. Sesuai jiwa dari layanan perpustakaan berupa memberikan referensi, Perpustakaan Nasional tidak berkeinginan hanya memberikan ikan. Dalam konteks perpustakaan, ikan adalah bahan bacaan. Namun perpustakaan juga berkeinginan memberikan kail dan mengajarkan penggunaan kail untuk mendapat ikan. Perpustakaan Nasional memberikan sumber informasi yang terpercaya dan juga mengajarkan cara mengenali kebutuhan informasi; mencari, menelusur, dan menemukan informasi; mengevaluasi informasi; serta memakai dan memanfaatkan informasi. Oleh karena itu, layanan informasi dan perpustakaan saat ini terus dikembangkan dengan berbagai teknologi yang serba digitalisasi.bukan saja koleksi yang terbaru yang sudah digital tetapi juga koleksi naskah kuno, buku langka yang bernilai sejarah peradaban bangsa Indonesia itu semua didigitalisasi yang bisa diakses oleh masyarakat dari belahan bumi mana saja.

Terkait kepemimpinan ini kita seharusnya belajar dan menengok ke masa lalu. Di gedung layanan Perpustakaan Nasional ini menyimpan sebuah manuskrip tertua yang pernah ditemukan sejauh ini, berjudul Arjuna Wiwaha. Manuskrip ini disalin tahun 1344 Masehi, sedangkan kisahnya sendiri diperkirakan digubah pada 1030-an. Ini jelas lebih tua dari penemuan Benua Amerika pada 1498 atau penemuan Benua Australia pada 1770. Apa artinya? Artinya, kita, bangsa Indonesia, sebetulnya telah lama mengenal peradaban, memahami agama-agama, dan memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi dengan melahirkan karya sastra yang begitu luhur seperti Arjuna Wiwaha, atau bahkan lebih tua lagi kalau melihat naskah Sanghyang Kamahayanikan dan Brahmandapurana yang diperkirakan telah dikarang pada abad ke-8 M. Dengan begitu, tampaknya tak berlebihan kalau kita menyebut bahwa bangsa Indonesia telah memiliki kesadaran jiwa yang telah berevolusi sejak lama hingga mampu melahirkan berbagai peradaban luhur. Dalam konteks leadership sendiri, bukti-bukti peradaban tersebut menandakan bahwa leluhur kita telah memiliki ilmu kepemimpinan bisa bertahan dengan kekuatan hidup.

Saya ketika membaca modul Kepemimpinan Digital merasa tergelitik untuk mengungkapkan fakta ini dan perlu kita sadar bersama bahwa tentang kepemimpinan tentang leadership ini nenek moyang kita sudah memberikan contoh yang nyata yang diliterasikan. Keberagaman cara berpikir kita masing-masing yang memang memiliki karakter yang berbeda, bisa tercerahkan pada kita, karena setiap pribadi manusia adalah pemimpin. Jiwa kepemimpinan adalah fitrah yang diberikan Tuhan kepada kita. Pemimpin bagi dirinya sendiri, pemimpin bagi keluarganya, bangsa dan negaranya. Tanggungjawab adalah bagian dari kepemimpinan itu sendiri. Berbicara mengenai kepemimpinan dan kepribadian, erat kaitannya dengan kesuksesan seseorang. Seperti halnya dalam buku ini pun memberikan gambaran kepada kita, panduan batin tentang kepemimpinan dua arah, ada yang memimpin dan ada yang dipimpin.

Kepemimpinan dan keberhasilan sangat erat kaitannya. Seorang pemimpin tidak selamanya berhasil dan sukses. Adakalanya seorang pemimpin yang tidak memiliki dasar kepemimpinan yang baik dan kepribadian yang matang, seringkali tidak berhasil memegang amanah yang diberikannya. Kita tahu bahwa untuk menjadi pemimpin yang sukses ditentukan oleh beberapa karakteristik, diantaranya: Pertama, kesehatan. Sehat jiwa (rohani),  fisik, dan sehat mental. Dalam hal ini kesehatan fisik tidaklah mutlak, karena ada juga cacat fisik justru menjadi pemicu yang sangat kuat  untuk meraih sukses, sebagaimana kesuksesan yang diraih ilmuwan Stephen Hawking, yang penyandang cacat. Kedua, intelegensia. Kecerdasan, pengetahuan, pertimbangan yang baik,  pandai mengambil keputusan, fasih berbicara, mampu dan mempunyai retorika yang baik akan menambah kekayaan dalam meraih kesuksesan.

Ketiga, Kepribadian. Agresif, antusias, kreatif, selalu siaga, terbuka, integritas pribadi yang kuat, dominan, independent, dan rasa percaya diri yang kuat. Keempat, Karakteristik sosial; menarik, mempunyai prestise, bijaksana, komunikatif (berkemampuan berhubungan antar pribadi) mampu bekerjasama, pandai bergaul, pandai berdiplomasi, dan berkemampuan administratif.  Kelima, karakteristik yang terkait dengan tugas; dorongan untuk berprestasi, tekun, ulet, rajin, bertanggungjawab, berorientasi pada tugas, dan keberanian berusaha se optimal mungkin.

Internet, selain menjadi lautan informasi, juga menjadi sampah informasi. Masyarakat Indonesia ada dan mungkin banyak yang terhanyut dalam lautan informasi dan menelan sampahnya. Masyarakat Indonesia juga ada yang tidak mampu menemukan informasi yang dibutuhkan. Layanan yang memberikan bimbingan, pengajaran kemampuan literasi informasi mengambil andil untuk mengisi celah penguatan budaya literasi masyarakat. Sesi bimbingan pemustaka dan literasi informasi diharapkan menjadi layanan yang mampu menguatkan budaya literasi masyarakat. Pengenalan layanan perpustakaan seperti Tanya Pustakawan Virtual, penelusuran di katalog perpustakaan, penelusuran di perpustakaan digital seperti iPusnas, penelusuran jurnal ilmiah internasional di e-resources, penelusuran melalui Indonesia OneSearch, penelusuran sumber informasi naskah kuno dan buku langka melalui Khastara (Khasanah Naskah Nusantara), dan juga berbagai paket pengajaran literasi akan disuguhkan kepada masyarakat dalam sesi bimbingan pemustaka dan literasi informasi.

Perpusnas juga mengajak kepada seluruh dinas perpustakaan provinsi, kabupaten dan kota, perguruan tinggi seluruh Indonesia, dan berbagai jenis lembaga perpustakaan maupun kementerian dan lembaga lainnya untuk menerapkan satu nomor keanggotaan perpustakaan di Indonesia melalui progam SAKTI (Satu Kartu Terintegrasi) merupakan program kartu anggota perpustakaan berbasis NIK (Nomor Induk Kependudukan). Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Perpustakaan Nasional Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penerapan Kartu Tanda Anggota Perpustakaan Berbasis Nomor Induk Kependudukan. Diharapkan dengan kartu Sakti ini semua perpustakaan bisa terhubung, terintegrasi sehingga semua perpustakaan dengan Perpusnas bisa tersambung. Dan tentu saja kartu Sakti itu lebih mudah lagi penggunaannya dengan virtual Qr-code dan pemanfaatannya bisa lebih multifungsi terkoneksi dengan ATM, e-tollcard, MRT, LRT, Transjakarta serta mudah memanfaatkan transportasi lainnya di Jakarta. Ini rencana yang segera diwujudkan.

 

Revolusi Mental Kepemimpinan

Pustakawan profesional harus mempunyai jiwa kepemimpinan, karena kepemimpinan itu sendiri adalah fitrah yang diberikan Tuhan kepada kita. Pemimpin bagi dirinya sendiri, pemimpin bagi keluarganya, bangsa dan negaranya. Tanggungjawab adalah bagian dari kepemimpinan itu sendiri. Berbicara mengenai kepemimpinan dan kepribadian, erat kaitannya dengan kesuksesan seseorang. Seperti halnya dalam dunia kepustakawanan ini, masalah kepemimpinan dan kepribadian adalah figur tokoh yang akan terpilih ke depan. Karena kepemimpinan dan keberhasilan sangat erat kaitannya. Seorang pemimpin tidak selamanya berhasil dan sukses. Adakalanya seorang pemimpin yang tidak memiliki dasar kepemimpinan yang baik dan kepribadian yang matang, seringkali tidak berhasil memegang amanah yang diberikannya.

Menurut H. Koontz & C. O'Donnel (1989) mendefinikan leadership atau kepemimpinan sebagai suatu seni yang membentuk individu yang kuat dan tangguh untuk memotivasi sekelompok orang agar mau bertindak dan bekerja bersama demi meraih tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan  proses yang harus ada dan perlu diadakan dalam kehidupan manusia selaku makhluk sosial. Pemimpin yang berkualitas tidak lahir dengan sendirinya,  tetapi melalui suatu proses persiapan, pelatihan, bimbingan, dan pemberian kesempatan serta pengkaderan yang dilaksanakan sejak dini secara terencana dan berkelanjutan. Mahasiswa merupakan wahana persemaian kepemimpinan bangsa dan negara di masa depan yang  sangat potensial.  Kehidupan berorganisasi di dalam kampus  memberikan dasar tentang tata cara berorganisasi dimana di dalam rangka  melahirkan kader-kader mahasiswa yang berdedikasi memiliki jiwa kepemimpinan. Potensi tersebut dapat berubah menjadi bencana apabila tidak dikelola, difasilitasi, dibina, dan diarahkan dengan baik dan benar.

Untuk menjadi pemimpin sebenarnya tidak mudah. Pemimpin identik dengan jabatan dan kekuasaan. Jabatan adalah amanah. Apabila amanah disia-siakan, tunggulah dan nantikanlah kehancurannya. Nabi Muhammad SAW pernah ditanya mengenai amanah ini. Bagaimana orang yang menyi-nyiakan amanah itu? Jawab Rasulullah, "apabila wewenang pengelolaan diserahkan kepada orang yang tidak mampu". Dalam salah satu sabdanya, beliau menyebut tiga dari sekian sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin, yaitu ketaqwaan untuk menangkal pelanggaran, kelapangan dada yang melahirkan simpati, dan kemampuan memimpin sehingga mampu menjadi "bapak bagi anak-anaknya". Sedangkan dalam koridor zaman seperti sekarang ini, makna filosofis tersebut masih relevan untuk diterapkan, bahkan sampai kapanpun. Menjadi pemimpin berarti siap menceburkan diri dalam memikul tanggung jawab dan kepercayaan. Di sini, moralitas dan mentalitas seseorang diuji.

           Kepemimpinan digital yang baik bermental perubahan, adanya keterbukaan, dan selalu bersikap positif. Membangun keterbukaan (honesty) di dalam Tim itu sangat penting. Perlunya keterbukaan dalam tim. Saling kontrol dari individu di dalam organisasi. Sikap saling terbuka, setiap anggota Tim harus terbuka menerima peringatan, saran maupun kritik dari rekan kerjanya bila melakukan kesalahan. Selain itu seorang leader, harus bersikap positif (Positive Attitudes), yang didalamnya terdapat Gratitude  (aktif terus menghargai hal-hal baik yang anda raih dalam hidup). Kemudian  seorang pimpinan itu harus Openness (Keterbukaan, kesediaan untuk mengungkapkan, pikiran, perasaan dan menerima masukan dari orang lain). Integrity (sifat untuk menjadi terhormat, tidak mementingkan diri sendiri, ketulusan atau kejujuran). Optimism (melihat sisi positif/peluang dari keadaan yang terjadi). Acceptance (menerima segala sesuatu tidak selalu berjalan sukses, dan belajar dari kesalahan). Dan terakhir seorang pemimpin itu harus mempunyai Resilience (mampu bangkit dari keterpurukan, kekecewaan, dan kegagalan).

Untuk keberhasilan sebuah teamworks yang sukses, seorang pemimpin memang harus mempunyai Sikap Positif, karena akan mampu meningkatkan produktivitas diri dan tim, menumbuhkan disiplin diri dan Kerjasama tim, mampu mengatasi masalah dengan lebih mudah, menumbuhkan kepercayaan diri dan antar anggota tim, menjadi pribadi yang lebih positif, menyenangkan dan disukai, serta mampu membawa kita Menuju Kesuksesan.

Jika hati dan jiwa sudah penuh dengan sikap positif, pikiran (thought) dan perasaaan (feeling) kita akan selalu mengarah pada tindakan (action) yang positif pula. Orang dengan attitude Negatif selalu berpikir  saya tidak bisa, mungkin tidak ada jalan keluar, pasrah dengan keadaan, melihat keterbatasan-keterbatasan, dan terakhir orang dengan attitude negatif selalu merespon kritikan sebagai ancaman. Maka pemimpin ber-attitude positif selalu berpikir saya pasti bisa, hal ini mungkin sulit tapi pasti ada jalan keluarnya, mengambil tindakan, melihat kemungkinan-kemungkinan, dan orang dengan attitude positif pasti merespon kritikan sebagai proses menjadi lebih baik.

Jika telur pecah oleh kekuatan dari luar, hidupnya berakhir. Jika telur pecah oleh kekuatan dari dalam, hidupnya dimulai. Perubahan besar selalu dimulai dari dalam diri  kita sendiri. Oleh karena itu, mereka yang literate (senang membaca) sejatinya sedang membangun puing-puing peradaban. Mereka yang menulis sebetulnya sedang mengabadikan sejarah. Dan mereka yang mengajarkan kebaikan dan perdamaian, hakikatnya sedang menciptakan peradaban dunia. Seperti kata Bung Hatta, Kepemimpinan merupakan amanah dan kepercayaan, dan tidak ada kepemimpinan tanpa kepercayaan. 


 

Agus Sutoyo, Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara) Perpusnas. Peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional II di BPSDM Kemendagri

Post a Comment

أحدث أقدم