Tingkatan Level Manusia dalam perspektif Tasawuf



Tingkatan Level Manusia dalam perspektif Tasawuf


Penulis : Budi Handoyo,SH.,MH dosen dan anggota pengurus Rumah Moderasi Beragama -STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh Aceh


Dalam  islam menganut prinsip equality banwa manusia dilihat strata sosial memiliki  derajat yang sama tidak membedakan status golongan, ras, suku dan bangsa. Namun yang menjadi barometer penilaian setiap manusia adalah diliat sisi ketakwaan. Sebagai mana firman Allah Swt

Artinya: Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah adalah orang yang yang paling taqwa. ( QS. Al-Hujurat 13 ).

Ayat diatas yang menjadi penilaian sejauh mana tingkat ketakwaan seorang hamba kepada Allah swt. Tasawuf adalah suatu metode untuk melihat tingkatan-tingkatan ketakwaan seseorang.

Untuk menjawab persoalan ini maka kita harus memahami apa itu tasawuf. Syekh Abul Najib al-Qahir Syuhrawardi menjelaskan;

Para masyaikh  Al-Arifbilah kalangan Sufi menjelaskan tasawuf berbeda berdasarkan latar belakang si penanya itu sendiri. Setiap Syaikh menjawab berdasarkan ahwal dirinya atau dengan sekadar yg mampu di fahami oleh yg bertanya.

Kalau yang bertanya masih seorang murid maka jawabannya berdasarkan Zahir mazhab sufi muamalah, jika yg bertanya telah berada ditahap pertengahan maka jawabannya berdasarkan ahwal maqamat, jika yg bertanya seorang Al-Arif maka jawaban yg diberi berdasarkan hakikat Makrifat.
Adapun jawaban ahli Sufi yg paling zahir adalah: permulaan tasawuf adalah ilmu, pertengahannya amal, dan penghujung nya Fuyudh Ilahiyyah (limpahan karunia) dari Allah. Ilmu akan menyuluh jalan, amalan membantu untuk mencapai tujuan, sedangkan Fuyudh Ilahiyyah akan menyampaikan kepada apa yang dicita.
Ahli Tasawuf terbagi kedalam tiga tingkatan;
1. Golongan Müridin Thalib, orang yang sedang menuntut 
2. Golongan Mutawassithun saa'ir, golongan pertengahan
3. Golongan Muntahi washil, golongan yang telah sempurna lagi sampai kepada Allah.

Maka tingkatakan murid itu empunya waqt (waktu menuntut ilmu), tingkatakan mutawassit empunya hal dan tingkatakan Muntahi empunya nafas yaitu perkara yang paling utama disisi para Muntahi ialah menghitung nafas.

Tingkatan Müridin diberati dengan kewajiban-kewajiban syariat dalam memenuhi tuntutannya.

Tingkatan Mutawassithun (pertengahan) dipertanggung jawabkan untuk memenuhi tuntutan adab pada setiap peringkat yang menjadikan warna dirinya berubah-ubah berdasarkan peningkatan dari satu maqam ke maqam lainnya yang menjadikan pencapaian golongan pertengahan akan terus meningkat.

Tingkatan Muntahi (yang telah sempurna) adalah golongan yang dijamin kerana mereka telah melewati semua maqam. Kedudukan mereka adalah terjamin dan takkan terkesan dengan seberang keadaan maupun bencana yang menimpa. Kedudukan para Muntahi diistilahkan dengan at-tamkin yaitu hati dan jiwa mereka tidak tergoyahkan dengan hal apapun dan dengan keadaan apapun. Telah fana diri mereka kedalam samudera Ahadit Dzat Allah (Adab Al-Muridin, Dar Al-Kotob Al-ilmiyah, Beirut hal 19).

Menurut perspektif Al-Mukarram Abuya Syekh H. Amran Waly Al-Khalidi  Dalam tasawuf Manusia terbagi tiga golongan:

1. Ahlu khabar 
Adalah manusia yang menerima khabar2 dari apa yang disampaikan Allah dalam alqur'an dan Rasul didapam hadits golongan ini terdiri tiga:

Pertama, benar aqidah atau keimanannya dalam  mengenal sifat-sifat Allah yang wajib, mustahil dan jaiz. 
Kedua, mematuhi hukum-hukum Allah dengan jalan taat serta menjauhi apa yang dilarang-Nya serta banyak mengerjakan amalan-amalan ibadah.
Ketiga, mengenal sifat-sifat hati yang jelek dan sifat-sifat hati baik.
Mereka disebut orang awwam atau ahlu ibadah atau ahlu syariat.

2. Ahlu Suluk 
Adalah mereka yang berjalan kepada Allah disebut ahlu tarekat mereka terdiri tiga golongan.
Pertama, mereka yg menyangkut hati mereka hanya kepada Allah. Segala niat, kemauan dan amalan mereka disangkutkan kepada Allah, tidak untuk selain-Nya.
Kedua, mereka dapat meluaskan akhlak kepada orang lain. Dalam arti berperilaku baik, tahanan disakiti tidak membalas apabila disakiti orang lain. Senantiasa Bersikap tawadhuk dalam segala hal, tidak merasa diri lebih dari orang lain, serta dapat memberi suri tauladan yg baik dalam masyarakat.
Ketiga. Mereka yang telah dapat memutuskan sangkutan hati dari selain Allah. Hanya Allah dalam batinnya, mereka-mereka telah mendapatkan cahaya makrifat Allah. Tajalli sifat jamal dan jalal dalam hati merekam
Mereka-mereka lah golongan khawash, golongan ubudiyah atau ahlu wasitha.

3. Golongan Washil, /Arif
Mereka-mereka telah sampai kepada makrifat Allah yang sebenarnya, mereka yang telah tenggelam dalam lautan fana dalam tauhid Ahadit Dzat, dan telah dapat hidup bersama Allah dalam arti baqa bersama Al-Haq. Mereka juga golongan2 yang telah sampai pada maqam Wahdatul al-Wujud.

Dalam pandangan mereka mengatakan:

من شهد الخلق لا فعل لهم فقد فاز، ومن شهدهم لا حياة لهم فقد حاز، ومن شهدهم عين العدم فقد وصل.

Barangsiapa menyaksikan tidak ada perbuatan pada makhluk maka ia telah menang. Dan barangsiapa menyaksikan tiada yang hidup pada makhluk maka ia telah naik ke derajat yang mulia. Dan barangsiapa tiada ada sama sekali esensi makhluk (adam ma'had) maka ia telah sampai.

Atau ungkapan lain;

شهود كثرة في الوحدة وشهود وحدة في الكثرة 
Menyaksian yang banyak pada yang satu dan menyaksikan yang satu pada sekalian yang banyak.

Mereklah golomgan khawasul khawash, atau golongan Abudah. Demikian level tingkatan seseorang dilihat sejauh mana tingkat ketakwaan mereka dalam mengenal Allah.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama