Seandainya Benar PDIP & PKS bersatu di Putaran ke 2
Tubagus Solehudin, Ketua THINKER CLUB. Relawan AMIN
Rumus Politik di kita,Tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Dalam politik kita, Kepentinganlah yang abadi.
Bila merujuk dari rumus politik tersebut, kita tidak perlu baperan, ambekan, apalagi sampai sakit hati.
Kita menyaksikan dengan mata telanjang tingkah polah para politisi, pagi ngopi bareng, siang marah-marah, malam cengengesan.
Masih ingat dalam benak kita. Seperti contohnya, Anies Pernah jadi Jubir (juru bicara) Jokowi di pilpres tahun 2019 lawan Prabowo. Kemudian bersama Prabowo melawan Jokowi di Pilgub DKI Jakarta. Kemudian Prabowo bersekutu dengan Jokowi menjadi Menteri Pertahanan. Begitu fakta yang kita bisa baca dengan mata telanjang.
Hari ini menjadi lawan atau kawan. Bisa saja besok lusa bisa menjadi kawan atau lawan. Selama "kepentingan"nya terakomodir tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya bisa terjadi dalam akrobat politik di kita.
Jadi bila kemudian ada wacana PDIP dan PKS bersatu di Putaran ke 2 melawan Jokowi cs bukanlah sesuatu yang mengejutkan.
Bukankah rumus politik kita, hanya ada kepentingan yang abadi. Lawan dan Kawan tidak dalam hitungan penting.
Dulu di tahun 1997, fenomena Mega Bintang pernah terjadi dalam dunia politik kita. Gerakan politik melawan hegemoni Golkar, pilar utama Orde Baru mendapat apresiasi yang luar biasa. Titik Tonggak itulah yang membangkitkan keberanian rakyat untuk terus mengawal hasil pemilu dan berujung menjadi gerakan rakyat yang dimotori oleh mahasiswa menjadi Gerakan Reformasi '98.
Bukan hal yang mustahil, bila fenomena itu bisa terjadi lagi di pilpres tahun 2024 di zaman reformasi. Pasalnya, ketidakpuasan terhadap keputusan MK yang sangat menabrak rasa keadilan dan etika kita sebagai bangsa. Lucunya, itu dipandang untuk "memuluskan" jalan Gibran Rakabuming Raka agar bisa ikut kontestasi.
Ketidakpuasan terhadap keputusan MK masih terus disuarakan dan menjadi bahan bakar yang bisa menjadi pemicu energi tambahan untuk lawan-lawan politik Jokowi. Ditambah sikap politik Jokowi yang dianggap sudah talak tiga dengan PDIP. Sebab sudah "berpihak" kepada Prabowo Gibran yang jelas anak Jokowi.
Rasa ketidakpuasan inilah yang membuat PDIP meradang dan terus bergerak melakukan perlawanan baik opini maupun "membebaskan" basis PDIP di Jateng dari cengkraman pengaruh Jokowi.
Menariknya, dinamika politik tersebut sampai pada titik temu kepentingan antar PDIP dan PKS. Ya, sama-sama menjadi lawan Jokowi. Sama-sama sedang berjuang masuk putaran ke 2.
Bila saja, titik temu kepentingan ini dimatangkan besar kemungkinan fenomena "Mega Bintang" jilid ke 2 bakal terjadi. Dan rezim pasti tumbang?
Posting Komentar