Dendam dan Pengkhianatan tidak selalu lahir dari Penyiksaan dan Kesengsaraan*

*Dendam dan Pengkhianatan tidak selalu lahir dari Penyiksaan dan Kesengsaraan*

_Oleh Mang Apep, Budayawan & Sejarahwan Bekasi_

Bekasi,anekafakta.com-Dalam Babad Diponegoro versi Manado, Diponegoro menyebut Patih Danurejo IV sebagai setan kulambi manungsa (setan yang berwujud manusia).

Danurejo IV mengawali karirnya sebagai bupati Japan, pasca 1838 menjadi Mojokerto. Wilayah ini dekat dengan Surabaya Jawa Timur.

Danurejo IV kehilangan jabatannya itu setelah Inggris berkuasa di Jawa. Setelah kehilangan jabatan, Danurejo IV akhirnya mengadu nasib ke Yogyakarta dan menetap di Yogyakarta.

Diponegoro mengatakan karena bantuan rekomendasi dari dirinyalah, mantan Bupati Japan itu akhirnya diangkat sebagai patih Yogyakarta pada 3 Desember 1813.

Sikap baik Diponegoro ini kelak yang menjadi bumerang bagi Diponegoro. Ibarat air susu dibalas dengan air tuba. Sebab kelak setelah diangkat menjadi Patih Danurejo IV, dia semakin ugal-ugalan di bidang politik.

Patih ini banyak meninggalkan kewenangan dan mabuk jabatan sehingga sering meninggalkan nilai-nilai luhur yang bertentangan dengan Diponegoro. 

Jabatan patih adalah jabatan yang kakinya di dua kekuasaan, karena dia harus setia kepada raja dan juga harus setia kepada kolonial.

Untuk itulah, patih merupakan jabatan strategis dan biasanya lebih mementingkan kebutuhan kolonial dari pada kepentingan kerajaan.

Sepanjang sejarah kesultanan Yogyakarta, hanya Patih Danurejo I, patih terbaik sepanjang masa karena dia walaupun disumpah untuk melayani kepentigan Kompeni Belanda, tetapi patih ini lebih suka mengabaikan kepentingan Kompeni dan lebih mengutamakan kepentingan Kesultanan Yogyakarta di bawah kendali Sultan Mangkubumi.

Kisah sejarah Diatas mengingatkan Kita akan agenda perubahan Dari salah satu Paslon yaitu Pasangan AMIN (Anies Baswedan dan Gus Muhaimin), dalam visi misinya ada prioritas usaha menghilangkan Kesan penguasa dari jabatan Presiden. 

Kesadaran ini lahir dari keutamaan akhlak sebagai penanda seseorang berada di puncaknya Ilmu dalam proses menuntut Ilmu. Maka apabila seorang Presiden mengutamakan Akhlak dan menjalankan roda pemerintahannya berdasarkan Ilmu dan riset ilmiah maka sesungguhnya Presiden itu sebagai pemegang amanah Kewenangan. 

Kewenangan selalu mengutamakan Data untuk meriset lahirnya Pertanyaan. Dan Pertanyaan ini adalah sumber Kajian dan penelitian dari suatu keadaan bukan hanya dari masalah tapi Pengembangan prestasi yang akan menurun bila tidak dipertahankan tingkat kemampuan pengolahan Kualitas program pencapaian, sesuai perkembangan keadaan tentunya.

Salah satu Agenda Gerakan Perubahan inilah yang akan mewujudkan Konsep RATU ADIL dalam Budaya Nusantara.

Dengan Konsep ini, Pemerintah akan Lebih memelihara Komunikasi dengan rakyatnya Lewat Kolaborasi menjalankan Program disetiap bidang. Dengan membuka ruang partisipasi Masyarakat seluas luasnya maka ruang negatif kekuasaan akan Hilang dengan sendirinya berganti Ruang Kewenangan.

Sekali lagi kami bahas Kewenangan adalah proses menjawab Pertanyaan yang dihasilkan dari Proses kajian ilmiah dan Riset yang berdasar data akurat.

Satu saja Agenda Perubahan ini Terlaksana, Maka Agenda perubahan yang lainnya akan Mudah wujud dalam keniscayaan. 
AMIN.

Red

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama