Guru SMPN 8 Pidie Jaya Harumkan Aceh pada Pekan Kebudayaan Nasional
Anekafakta.com,Pidie Jaya -
Salah seorang pendidik di SMP Negeri Kabupaten Pidie Jaya, Propinsi Aceh, tampil di pentas Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 yang berlangsung di Jakarta baru-baru ini. Guru bidang studi IPA di SMP Negeri 8 di Kecamatan Bandar Baru, Mursyidah, S.Pd, M.Pd, ini berhasil mengharumkan nama Kabupaten Pidie Jaya. Sebagaimana diketahui, pembukaan PKN 2023 berlangsung pada Jumat, 20 Oktober 2023 lalu.
Proses seleksi yang melibatkan ribuan guru dari seluruh propinsi di Indonesia berlangsung sangat ketat. Dirjen Kebudayaan hanya mengambil lima sekolah yang dianggap layak untuk tampil di Pekan Kebudayaan Nasional tahun ini. Salah satunya yang terpilih adalah Mursyidah, yang mampu menampilkan Pembelajaran Konstektual (P5) sesuai dengan tema yang telah ditentukan yaitu Merawat Bumi dan Merawat Kebudayaan.
Pendidik yang berdedikasi tinggi ini berhasil mengharumkan sekolah tempat dia mengajar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pidie Jaya dan Dinas Pendidikan Aceh terangkat ke tingkat Nasional. Perjuangan guru yang tidak pernah mengenal lelah ini patut diacungi jempol. Di sela kesibukannya menyusun tesis persiapan Magisternya, Mursyidah menyempatkan diri untuk bisa mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dirjen Kebudayaan Nasional.
Berkat keaktifan dan prestasinya yang mengangkat nama baik Kabupaten Pidie Jaya di tingkat nasional, Mursyidah mendapatkan izin belajar dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya pada tahun 2020. Setelah lolos seleksi penerimaan Beasiswa Kemendikbud, guru SMP Negeri 8 Bandar Baru Pidie Jaya ini dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan Beasiswa program S2 di Universitas Negeri Malang dan selesai pada tahun 2023.
Pengalaman bertugas guru cantik ini sebelum bertugas di Kabupaten Pidie Jaya, dimulai di SMA Negeri Tepah Selatan, salah satu kecamatan di Kabupaten Simeulue. Di sinilah awal karir pertama pengangkatannya sebagai Pegawai Negeri sipil.
Selepas mengajar di SMA Negeri Tepah Selatan, ia pindah ke SMA Negeri Simeulue Barat. Bukannya mendekat ke kota, malah pindah ke sekolah yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian. Bagaimana tidak, pada tahun 2010, akses jalan untuk menuju ke Simeulue Barat sangatlah sulit. Jalan yang berlumpur bukan suatu rintangan buat guru ini untuk mendidik generasi bangsa. Sarana dan prasarana yang terbatas tidak menghambat guru muda ini untuk terus bekarya pada masa itu.
Tahun 2013, guru yang mempunyai hobi berpetualang ini kembali pindah tugas ke Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya. Dikarenakan posisi guru biologi jejang SMA penuh pada masa itu, Mursyidah ditugaskan sementara waktu di SMP Negeri 7 sebagai guru IPA, sebelum tugas di SMPN 8, yang masih dalam tahap proses pembangunan.
Tahun 2014, Mursyidah mulai aktif mengabdi di SMP Negeri 8 ketika Gedung sekolah selesai dibangun. Sebagai seorang pendidik yang sudah pernah berkecimpung di daerah pedalaman Kabupaten Simeulue, Mursyidah bersama Kepala Sekolah mulai mendatangi warga dari satu rumah ke rumah lainnya untuk mencari siswa agar mau bersekolah di SMP Negeri 8 Bandar Baru. Bisa dikatakan mereka berdua sebagai perintis awal sekolah SMP Negeri 8 Bandar Baru.
Jiwa berorganisasi dan petualangnya sudah dimulai semenjak masih duduk di bangku kuliah. Kegiatannya berawal dari menjadi relawan Palang Merah Indonesia ketika masih menjadi mahasiswa di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh. Mursyidah, sudah terbiasa dengan kehidupan alam yang sunyi dan sepi. Kisah yang paling berkesan baginya adalah di saat tsunami melanda Aceh pada Tahun 2004. Ia sempat menjadi relawan bersama organisasi PMI-nya.
Pada tahun 2018, Mursyidah mulai menambah bidang keorganisasian, yakni di bidang pendidikan. Dia bergabung di Ikatan Guru Indonesia (IGI), yang mengadakan pertemuan pertamanya di Pidie Jaya untuk menjaring guru-guru yang memiliki bakat untuk menjadi penulis. Tanpa berpikir lama, Mursyidah, yang sudah resmi menjadi anggota IGI ini, langsung unjuk kemampuan. Lewat Seminar Tiga Hari yang diadakan IGI Pidie Jaya, ia sukses merangkum tulisannya menjadi sebuah buku karya pertamanya dengan judul Tanah Rencong Nafasku.
Setelah sukses dengan buku pertama, Mursyidah terus berkarya lewat tulisan lainnya, di antaranya: Titisan Leluhur Pidie Jaya, Pidie Jaya Tempo Dulu, Novel di Antara Kau, Dia, dan Aku, Novel Kou yang Terpilih, Puisi Luka Sekuntum, Asaku di Pidie Jaya, Pena Pidie Jaya, Mas Nadiem, Menggapai Impian, Sarjana Tsunami, Untaian Pena SMPN 8 Bandar Baru, Wanita Inspiratif dalam Dunia Pendidikan, Antologi Persona Kearifan Lokal, Antologi Merangkai Makna di Balik Covid -19, Kumpulan Essay Internalisasi Nilai Kebangsaan Guru IPS SMP /MTsN se-Indonesia Tahun 2019 di Bangka Belitung, Surga di Zamrud Khatulistiwa, Inovasi Pandemi Praktik Baik Peserta Simposium Nasional Gardaku Indonesia, dan Buku Antologi UKG.
Guru yang selalu periang itu kini juga aktif di berbagai organisasi yang ada di Kabupaten Pidie Jaya, di antaranya adalah: Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Pidie Jaya Bidang Humas dan Kesekretariatan, Pengurus Ikatan Guru Indonesia Pidie Jaya (IGI), Forum Aceh Menulis Pidie Jaya (FAME), Pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Pidie Jaya, Pengurus Pengurangan Resiko Bencana (PRB), Anggota SATGANA Banda Aceh, Sasmi Survemeter Jogjakarta, Pengurus Penulis Motivator Nasional (PPMN), Pengurus TBM, Pengurus PPIPS dan Pengurus bidang Literasi Aceh.
Lewat berbagai kegiatan, Mursyidah sudah banyak mengikuti kompetisi, baik di tingkat daerah maupun nasional. Kompetisi yang sudah diikutinya antara lain: Lomba Essay Nasional di Bangka Belitung, Lomba Essay Palembang, Karya Ilmiah di Makassar, Lomba Karya Ilmiah P4TK IPA di Jakarta, Seminar Firland di Hotel Aston Jakarta, Musyawarah Sastrawan Indonesia (MUNSI), Penulis Nara Cerita di kampus UPI Bandung, Tim Residensi di Jogjakarta tentang Pendidikan Konstektual dan karyanya berhasil membawanya ke Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) Dirjen Kebudayaan.
Melalui kompetisi-kompetisi yang diikuti, guru energik itu banyak mendapatkan penghargaan, baik tingkat kabupaten maupun di tingkat nasional. Berikut ini beberapa prestasi yang pernah diperolehnya.
Plakat Boneka Sagusaku, Penghargaan Japakeh, Penghargaan Anugerah dari PPKJB Bandung, Award 2019, Juara 3 Guru Berprestasi Kabupaten Pidie Jaya, Juara 2 Guru Berprestasi Kabupaten Pidie Jaya, Penghargaan sebagai Penulis Buku Inovasi Pembelajaran, Pandemi Praktek Baik, Peserta Simposium Nasional Gardaku Indonesia (Anyer, Banten), Penulis Buku UPI di Bandung, Penghargaan sebagai Penulis Novel, Penghargaan sebagai Penulis Cerpen, Penghargaan sebagai Penulis Buku Sejarah, Penghargaan sebagai Coach + Best Writer Nasional dan Menjadi Duta Aceh ke Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) di Jakarta Tahun 2023 yang sedang berlangsung saat ini.
Mursyidah memang bukanlah seorang guru yang bertugas di salah satu sekolah favorit atau unggulan. Sosok yang selalu periang ini hanyalah seorang guru pengajar di sekolah pedalaman di Pidie Jaya. Semoga semangat juang untuk terus menggali ilmu dapat ditiru para pendidik lainnya dari Kabupaten Pidie Jaya agar juga bisa berprestasi mewakili Provinsi Aceh di pentas nasional. (MGM/Red)
Posting Komentar