Indonesia Bukan Monarki, Kang Deni bilang Silahkan Gibran Maju Cawapres Prabowo
Anekafakta.com,Tangerang
Gibran Rakabuming Raka Putera Presiden Jokowi diputuskan oleh Koalisi Indonesia Maju(KIM) sebagai Cawapres mendampingi Prabowo Subianto sebagai Capres pada Pilpres tahun 2024.
Seperti diketahui, aturan terkait usia minimal Capres-Cawapres 40 tahun sudah diputuskan Mahkamah Konstitusi (MK). Keputusan itu dituding oleh banyak pihak untuk membuka jalan bagi Gibran maju sebagai Cawapres di pilpres tahun 2024.
Menanggapi hal itu, Dosen Ilmu Hukum Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nusantara (STISNU), A. Deni Heryana, S.H, M.M, mengatakan kepada anekafakta.com Selasa 24/10/2024, bahwa politik dinasti terjadi juga di negara-negara maju, seperti di Amerika Serikat (AS) ketika era Presiden John F. Kennedy.
Lebih lanjut Deni mengatakan,mestinya dibedakan dong politik dinasti ala kerajaan dan dinasti sesuai koridor demokrasi.
Lebih lanjut Deni mengatakan, ada perbedaan mendasar dari politik dinasti ala kerajaan dengan politik dinasti era demokrasi. Dalam konteks politik dinasti kerajaan, suksesi kepemimpinan dari kalangan keluarga, atau diwariskan secara turun temurun.
"Untuk menduduki posisi pemimpin sebuah kerajaan, seorang calon atau kandidat tak perlu melalui tahap assesment kapabilitas, kompetensi atau dipilih rakyat dalam pemilu. Sedangkan politik dinasti era demokrasi, jabatan didapat dengan perjuangan.", Ucap Deni
Calon pemimpin harus bekerja keras mendapatkan kepercayaan publik melalui pemilihan umum. Hal itu berlaku bagi siapa pun, termasuk Gibran Rakabuming Raka anak dari Presiden Jokowi saat ini.
Dalam proses atau tahapan pemilu, rakyat akan melakukan assestment untuk menilai kapabilitasnya. Deni mencontohkan, sosok Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putera dari Jokowi. Gibran menjadi Wali Kota Solo karena memenangi Pilkada 2020. Contoh lainnya sosok Kaesang Pangarep yang menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) karena dipilih internal partai.
Bila dilihat dari pandangan yang lebih luas, anggota keluarga dari seorang politikus mempunyai hak yang sama terjun ke bidang itu. Seperti keluarga dari Ir Soekarno, yaitu Megawati Soekarnoputri, yang merupakan Presiden kelima RI.
Ada juga sosok Puan Maharani dan Prananda Prabowo yang meniti jalur politik nasional. Begitu juga keluarga dari Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yaitu Eddy Baskoro Yudhoyono atau Ibas dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Dalam demokrasi, politik dinasti itu tak ada masalah dan merupakan dinamika. Proses menjadi pemimpin melalui tahapan dan prosedur," tutur Deni
Dengan demikian, terpilihnya Gibran secara resmi menjadi Cawapres berpasangan dengan Pak Prabowo Subianto bukan menggambarkan pola dinasti kerajaan yang diwariskan turun menurun, tetapi akan mengikuti proses seleksi pemilu sama halnya dengan cawapres lainnya. Jika Prabowo menang dengan Cawapresnya Gibran maka itulah pilihan Rakyat Indonesia yang harus dihargai dan di hormati bersama sebagai konsekuensi alam demokrasi.
"Gibran bukan pola kepanjangan dinasti murni tetapi Konsekuensi dari demokrasi yang di tentukan oleh rakyat pemilihnya" pungkas Kang Deni,
dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (STISNU) NusantaraTangerang
Posting Komentar