Menanti Kepemimpinan "Imam Mahdi" menang di Pilpres 2024
Anekafakata.com,Tangerang
Oleh Tubagus Solehudin, Ketua Klub Study Islam dan Politik (KSIP) & Presidium Jaringan Intelektual Banten (JIB)
Pesta demokrasi pilpres tahun 2024 sepertinya akan melahirkan pemimpin baru bangsa kita. Kehadiran Pemimpin Baru pasca Presiden Joko Widodo merupakan keharusan sejarah dalam siklus demokrasi. Sebabnya, karena Pak Joko Widodo tidak lagi bisa ikut dalam kontestasi.
"Kelebihan" dari sistem demokrasi yang disepakati oleh Bangsa Indonesia adalah dibatasinya masa jabatan Presiden berkuasa hanya maksimal 2 periode dengan masa waktu maksimal 10 tahun. Sehingga siapapun orangnya, sehebat apapun prestasinya, dan sekuat apapun pengaruhnya, sistem demokrasi kita membatasi hanya dua periode.
Kesepakatan bangsa Indonesia tersebut lahir dari pengalaman panjang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam ingatan kita sebagai Bangsa, pembatasan periodesasi masa jabatan Presiden lahir di era reformasi yang dimotori oleh kaum muda Indonesia yang menginginkan suatu perubahan berdemokrasi yang sehat dan memberikan peluang dan kesempatan yang sama kepada setiap Putera bangsa terbaik untuk tampil memimpin bangsa tanpa diembeli oleh label SARA.
Sistem Demokrasi pasca Reformasi diakui merupakan mekanisme sirkulasi kepemimpinan Bangsa yang memberikan harapan besar bagi Bangsa Indonesia untuk memiliki Pemimpin yang berkualitas, berintegritas, bermoral, Rendah Hati dan tentunya harus berasal dari rakyat.
Untuk menjadi Presiden Bangsa Indonesia, harus berasal dari rakyat Indonesia. Maksudnya dia harus memulainya dari bawah. Bergelut dengan napas derita dan napas perjuangan rakyat Indonesia.
Pengalaman sejarah bangsa kita, orang yang menginginkan mendapatkan jabatan Presiden hanya mengandalkan "fasilitas" atau "warisan" orang tuanya saja tidak pernah bisa berhasil. Selalu gagal.
Putera Presiden yang berhasil menjadi Presiden baru Ibu Megawati Soekarnoputri. Dalam catatan kita, perjuangan Ibu Megawati Soekarnoputri untuk menduduki Jabatan Presiden Republik Indonesia harus berdarah-darah. Tidak gratis. Beliau harus berjuang keras dan sungguh-sungguh. Tidak cukup hanya berteriak "saya Puteri Soekarno".
Beliau memulai langkah politiknya dari bawah sebelum dipercaya oleh kader PDI --sebelum menjadi PDIP--didaulat menjadi Ketum DPP PDI. Karena satu lain hal kemudian timbul kekisruhan yang berujung terbelahnya PDI. Dari titik itulah Ibu Megawati Soekarnoputri menjadi Tokoh Politik Bangsa yang berpengaruh dan mulai memiliki kharisma sebagai pemimpin dengan memimpin partai PDIP hingga sekarang.
Membaca dari sejarah politik kekuasaan bangsa kita, rata-rata tokoh-tokoh yang muncul dalam pentas kepemimpinan nasional "lahir" dari "goro-goro". Terlepas bagaimana bentuk dan modelnya, "goro-goro" merupakan proses melahirkan pemimpin bangsa kita.
Bagi rakyat, agar "goro-goro" ini menjadi siklus yang wajar dalam proses demokrasi yang sehat dan berkualitas, kesadaran rakyat harus kuat. Emosi, sentimen, kebencian, caci maki, hoaks dan sejenisnya harus dihilangkan.
Demokrasi yang sehat hanya bisa hadir dan menghasilkan kepemimpinan bangsa kita yang berkualitas bila rakyat sadar dan selalu menjaga akal sehat.
Hanya akal sehat yang bisa mengkontrol dan menjaga kualitas demokrasi kita.
Kita berharap dan menanti, dengan akal sehat dan wajar serta emosi yang cerdas dengan balutan spiritual, insyaallah kepemimpinan "Imam Mahdi" bakal menang dalam perhelatan demokrasi pilpres 2024. Amin.
Posting Komentar