Petrus Herman Sekretaris REPDEM DPC Kota Tangerang : Indonesia Miliki Dua Putra Ibu Pertiwi Yang Maha Sakti


Petrus Herman Sekretaris REPDEM DPC Kota Tangerang  : Indonesia Miliki Dua Putra Ibu Pertiwi Yang Maha Sakti

Tangerang,AnekaFakta.Com

Yang diperingati setiap 17 Agustus itu yang benar adalah Kemerdekaan Bangsa Indonesia, bukan Kemerdekaan Republik Indonesia.Bila dikatakan yang merdeka itu adalah Republik Indonesia (bukan bangsa Indonesia), berarti bangsa Indonesia sampai hari ini belum merdeka demikian yang disampaikan secara tertulis oleh Petrus Herman Sekretaris  REPDEM (Relawan Perjuangan Demokrasi) DPC Kota Tangerang , kepada anekafakta.com terkait makna Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2023, yang beberapa hari lagi akan dirayakan oleh seluruh Masyarakat Indonesia di Tanah Air.


*Hidup,Bangun,*
*Aktif Berjuang*

Lebih jauh Petrus Herman menjabarkan, tidaklah mungkin bisa mencapai Indonesia Raya bila tidak bangun jiwanya, bangun badannya, dan untuk bisa bangun haruslah hidup. Maka Indonesia harus aktif untuk bisa menghasilkan manfaat.
Namun kemanfaatan juga harus untuk umum, bukan untuk diri sendiri. Dan umum adalah untuk bangsa dan negara. Juga semuanya itu harus untuk bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena apalah arti semua itu bila tidak untuk bakti kepada Tuhan Yme.


Dikatakanya lagi bahwa Indonesia adalah 
Surga dan Memiliki  Mukjizatnya.
Bahkan Seorang Ulama Syira pernah berkata, Saya (kata ulama' Syiria) kagum pada Indonesia. Mereka katakan, bahwa Indonesia mempunyai banyak suku, memiliki ragam bahasa serta budaya daerah, ribuan pulau pulaunya, namun para Founthing Father atau Para Pendiri Bangsa Ini bisa mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
Sedangkan kami bangsa Arab, bahasanya Arab, budayanya juga budaya Arab, tetapi kami tidak bisa mendirikan Negara Kesatuan Arab. 
Jadi jelas bahwa bisanya Kita mendirikan NKRI adalah merupakan mukjizat.
Bahkan menurut orang Mesir dan Iran, Indonesia adalah potongan dari surga *(bila ingin tahu surga, lihatlah Indonesia)*.


Menurutnya Pancasila
dan Jati Diri Bangsa adalah jawaban dari persoalan persoalan  Bangsa.
Oleh karenanya ia berharap agar PANCASILA jangan hanya berada diawang awang, namun juga harus bisa di implementasjkan dalam kehidupan kita sehari hari, dan benar benar membumi. 
Dalam momen HUT RI Ke 78, Ia juga mengajak untuk kembali kepada diri kita masing-masing dan mengajak bangsa Indonesia terutama generasi muda untuk kembali ke nilai-nilai luhur yang ada di Indonesia, agar bangsa kita selamat dari kelongsoran jati diri bangsa yang sedang mengancam jika kita tidak waspadai.

Herman menegaskan sudah menjadi tugas kita sebagai REPDEM, tugas itu yakni mengembalikan sesuatu yang mulai me-nunjukkan tanda-tanda bahaya, yaitu jatidiri bangsa Indonesia yang dilanda longsor.
"Bahaya besar sudah tampak, bahaya apa itu? Bahaya longsornya jati diri bangsa Indonesia, tanda-tanda sudah tampak,"terang Herman


Jika jati diri bangsa Indonesia sampai longsor, robohlah Negara Kesatuan Rublik Indonesia (NKRI). 
Kalau sampai longsor nasib bangsa Indonesia ini seperti nasibnya bola di lapangan hijau, ditendang dari sana, ditendang dari kiri, dari kanan, sorak-sorai ditonton seluruh Indonesia, "Itulah nasib bangsa Indonesia jika kehilangan jati diri." dan kita yidak bisa mencegahnya.


Diantara isyarat hilangnya jati diri bangsa itu adalah, ilmu jauh dari kearifan seperti kemarin kita saksikan bagaimana seorang Intelektual yang berpendidikan tinggi, menghina Kepala Negara layaknya ia tidak berpendidikan.
Juga banyak yang berilmu tapi jauh dari ke-arifan. Hukum jauh dari keadilan, Pembunuhan berencana yang dituntut dengan hukuman Mati, akan tetapi masih bisa mendapatkan Dicount dan....hanya dihukum seumur hidup.
Politik-nya jauh dari keteraturan, Berdemokrasi namun tidak menempatkan Demokrasi itu sendiri secara benar, berdemonstrasi dalam alam Demokrasi, tetapi malah mencedrai Demokrasi itu sendiri, alias kebablasan.

Persatuannya jauh dari kekokohan, tanpa menghargai perbedaan,  kebhinneka'annya hampir  jauh dari keharmonisan , agamanya jauh dari kenyamanan, sering kita saksikan penyegelan penyegelan rumah ibadah atau Gereja oleh sekelompok orang yang merasa Mayoritas, padahal Islam yang sejuk adalah Islam yang selalu mengedepankan rasa Toleransi.


"Inilah tanda-tanda longsornya jiwa bangsa Indonesia, untuk itu dalam mengisi Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia ke 78 tahun ini, kami *Relawan Perjuangan Demokrasi* atau REPDEM akan selalu mengawal, berusaha untuk menyelamatkan bangsa Indonesia dari longsor-nya jati diri," yakni terhadap sikap sikap Intoleran, Sikap Fundamentalisme, sekterianisme (biasanya menggunakan isue suku, serta Agama) tegas Petrus.



*Dua Putra Ibu Pertiwi yang Maha Sakti*

Menurut Herman, Indonesia memiliki dua putra ibu pertiwi yang sangat sakti karomah dan sehat yakni, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Sumpah Pemuda. 
Kedua-duanya itu lahir di tempat yang dinamakan Jl. Keramat Raya Jati Negara. 
Jalan adalah sesuatu yang harus ditempuh.
Jalan keramat artinya jalan yang mulia. Raya artinya besar,  Besar rintangannya, banyak durinya, jalan mendaki, berkelok-kelok, dan banyak penyamun dan begalnya. Akan tetapi menuju Jati Negara, Negara yang Sejati bukan negara imitasi.
                                         Agar supaya bisa menempuh jalan yang mulia bukan jalan yang hina," maka peristwa lagu Kebangsa'an Indonesia Raya dan Sumpah Pemuda semuanya mengandung rahasia dan keajaiban Tuhan. 
Baik itu tempat, hari, tanggal hingga tahunnya. Baru saja lahir begitu luar biasa karomat-nya, perkataannya itu disaksikan oleh tahun, bulan, tanggal dan hari.

Dan pada waktu itu pada tahun 1928 bulan Otober, tanggal 28, hari Ahad Wage. "1 dengan 9 adalah 10, 10 sama dengan 1(satu), 28 (2 dengan 8) adalah 10 sama dengan 1 (satu), Oktober bulan ke 10, se-puluh sama dengan 1 (satu). Ahad atau minggu adalah hari satu. 
Jadi satu, satu, satu, satu.
Satu Nusa...
Satu Bangsa,... 
Satu Bangsa, satu tidak mau dipecah belah. Itulah hebatnya," Kedua Putra Ibu Pertiwi Yang Sakti Yakni SUMPAH PEMUDA Dan Lagu INDONESIA RAYA yang sampai saat ini, masih dinyanyikan, dikumandangkan diseluruh pelosok Tanah Air Indonesia pungkas Herman.


(D.Wahyudi/Red)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama