WAHAI KAUM BOEMI POETERA, TIDAK PANTAS BAGIMU UNTUK MENJADI BUDAK !! INILAH LELUHURMU ! ( BAGIAN KE-1 )



WAHAI KAUM BOEMI POETERA, TIDAK PANTAS BAGIMU UNTUK MENJADI BUDAK !!
INILAH LELUHURMU ! 
( BAGIAN KE-1 )

ANEKAFAKTA.COM,Jawa Barat

Oleh : Haji Raden Ahmad Suranagara 

I. PATI UNUS SOSOK YANG MENGGETARKAN NEGARA ADIDAYA PADA MASANYA 

1) Pati Unus "Prototipe Karakter" Pemuda Indoenesia 

Pati Unus adalah salah satu tokoh dari sederetan tokoh-tokoh besar yang pernah dimiliki oleh bangsa ini. Dengan kata lain, masih banyak prototipe-prototipe lain, baik yang sezaman dengan Pati Unus maupun tokoh-tokoh historis yang jauh sebelumnya. Atau tokoh yang masa hidupnya sesudah Pati Unus misalnya, Sultan Agung Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa, Tumenggug Bahurekso, Pangeran Dipanagara, dan lain-lain.  

Pada buku Suma Oriental ( ditulis oleh Tome Pires tahun 1515 ) halaman 261 disebutkan : Ia pun ( Pati Unus ) memutuskan untuk merebut Malaka dari rajanya ( Portugis ) pada waktu itu. Ia melakukan penyerangan setelah menghina Malaka ( maksudnya penguasa Malaka yang saat itu telah dikuasai orang Portugis ) dengan cara menolak memberikan hormat, sesuai yang diperintahkan, kepada kapten kapal pada saat ia berada di Malaka. Pada saat itu Malaka tengah dikuasai oleh Gubernur India, Alfonso de Albuquerque. Mendengar peristiwa ini, para pemuka agama ( kemungkinan yang dimasud Walisongo ) di sana mulai memikirkan uapaya apa yang bisa diambil, selain mengambil alih kota tersebut dari Portugis. 

Dari uraian di atas, menunjukan sebuah karakter yang sangat luar biasa yang dimiliki oleh Pati Unus sebagai bangsa yang mempunyai martabat dan menjungjung tinggi kehormatan, padahal pada masa tersebut Portugis adalah salah satu negara adidaya di dunia dengan armada maritim terkuat. Pati Unus menunjukan keberaniannya datang ke Malaka, akan tetapi ia menolak untuk memberikan hormat kepada Kapten Armada di Malaka yang saat itu Malaka sudah dikuasai oleh Gubernur India, Alfonso de Albuquerque. Pati Unus faham akan konsekwensi dari tindakan beliau tersebut, dimana dari tindakan beliau tadi, maka perang besar dipastikan akan terjadi. Tetapi seorang Pati Unus lebih memilih konsekwensi terburuk, daripada harus memberikan hormat dalam bentuk apapun kepada Kapten Armada Portugis, apalagi harus menuruti perintah mereka sebagai simbol dari pengakuan kekuasaan mereka di Malaka. 

Pati Unus sangat memahami bahwa khususnya Demak yang telah menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara saat itu dan juga umumnya Melayu adalah bangsa yang besar dan bermartabat. Demak mewarisi wilayah kekuasaan dari para pendahulu-pendahulunya seperti Majapahit dan Pajajaran ( Demak penerus Pajajaran bersumber dari kitab Tarikhul Auliya disusun oleh KH Bisri Mustofa dan Relazione sul Primo Viaggio al Mondo ). 

Demak adalah negara besar yang berdaulat yang tidak pernah tunduk kepada negara manapun di dunia, sebagaimana yang disebutkan pada kitab "Hikayatul Irhab"  disusun oleh Syaikh Ali Jum'ah ( Mufty Al-Azhar Mesir ), ditulis bahwa "Nusantara tidak pernah dibawah kekuasaan Bany Ummayyah, Abbasiyyah ataupun Ottoman", dengan kata lain Nusantara sejak awal sudah mandiri dan mempunyai komunitas tersendiri sebagai kerajaan yang berdaulat.

Adalah bohong besar jika terdapat pembelokan sejarah dimana Jawa ( teramsuk Demak ) saat itu dibawah kekuasaan Turki Usmani, apalagi klaim dari salah seorang tokoh keluarga tertentu, dimana pulau Jawa disebutnya sebagai putra-putra auliya Tarim. Bahkan wilayah Nusantara merupakan milik auliya Tarim Yaman, padahal kita tahu negera Yaman sendiri adalah negara kecil yang tandus yang sampai saat sekarang ini masih dilanda kemiskinan dan kelaparan, sementara pada mulanya mereka datang ke Nusantara ini hanya sebagai buruh ! pengklaiman atau pernyataan salah satu oknum tokoh keluarga tersebut adalah pernyataan konyol dan tolol, yang hanya pernyataan tersebut biasanya keluar dari seseorang yang memiliki karakter sebagai  "Penjajah" ! 

2) Pati Unus Seorang Pemimpin Yang Mempunyai Visi dan Misi Jauh ke Depan 

Pada buku Suma Oriental halaman 214, disebutkan dalam sebuah surat ditujukan kepada Alfonso de Albuequerque ( Gubernur Jenderal Portugis yang saat itu bermarkas di India ) dari Fernao Peres de Andredade ( Kapten Armada di Malaka )  ditulis oleh Cannanore pada 22 Februari 1513, Fernao Peres Andredade berkata " Jung milik Pate Unus adalah jung terbesar yang pernah terlihat di wilayah ini, hingga saat ini. Jung tersebut mengangkut ribuan prajurit. Yang Mulia tidak akan percaya saya, ini adalah sesuatu yang sangat menakjubkan untuk di lihat. Saat berada di sisinya, Anunciada ( Kapal terbesar Portugis ) samasekali tidak tampak menyerupai kapal. Kami membombardir kapal tersebut ( kapal Pate Unus ). Akan tetapi, peluru yang paing besar sekalipun tidak berhasil membuat lobang dibawah garis air, sedangkan tembakan espera ( sejenis bola meriam kuno berukuran besar ) dari kapal kita berhasil mengenai kapal mereka, namun tidak menembusnya. Jung tersebut dilapisi oleh tiga pelindung yang tebal keseluruhannya melebihi 1 cruzado. Ukurannya, tentu saja, amatlah besar. Tidak seorangpun yang pernah melihat seperti itu. Pembuatan jung tersebut memakan waktu tiga tahun, sebagaimana yang mungkin diketahui oleh Yang Mulia mengenai desas-desus yang beredar di Malaka tentang Sang Pati Unus, orang yang membangun armada demi menjadi Raja Malaka ( merebut kembai Malaka ).

Dari uraian tadi kita bisa mengetahui, pada masa kesultanan Demak ternyata bangsa Indonesia mampu membuat sebuah kapal yang membuat Portugis menjadi sangat terkejut dan terkagum-kagum. Kapal tersebut hanya dimiliki oleh Demak, dan tidak menyerupai kapal manapun yang ada di dunia. 

Selain itu kapal jung milik Pati Unus, tidak bisa ditembus oleh meriam yang paling canggih sekalipun yang dimiliki oleh Portugis pada saat itu, karena dilapisi oleh tiga pelindung yang sangat tebal. Pelindung tersebut dipastikan terbuat dari logam dan tidak mungkin terbuat dari kayu, dengan demikian bangsa kita di masa itu telah menguasai ilmu teknik pengecoran logam tingkat tinggi. Dengan kata lain bangsa kita pada masa tersebut sudah menguasai berbagai cabang dalam ilmu fisika maupun kimia.  Saat Pati Unus berperang melawan Malaka di tahun 1512, Pires menulis : mereka membawa 100 jenis kapal yang terdiri dari 40 jung, 60 lanchara dan 100 calaluz ( sejenis perahu dayung ). Mereka membawa 5.000 prajurit. 


Melansir dari sebuah artikel di Wikepedia, dimana salah satu uraian dari artikel tersebut mengangkat pernyataan seorang pengamat militer terkemuka di Indonesia yaitu Connie Rahakundini Bakrie, beliau adalah  Pengajar di Universitas Indonesia dan Universitas Nasional, menyoroti akan kiprah Pati Unus, beliau mengemukakan pada sebuah artikel yang penulis kutip sebagai berikut  berikut : Seorang Tom Pires bahkan menuliskan dalam Suma Oriental, tahun 1515, bahwa Anunciada ( kapal Portugis terbesar di Malaka tahun 1511 ) sama sekali tidak menyerupai kapal bila disandingkan dengan Jung Jawa ! Kesemua ini dilakukan hanya karena mendengar masukan intelijen bahwa bangsa Portugis memasuki Selat Malaka. Ini merupakan bukti bahwa kita pernah memiliki pemimpin-pemimpin yang mampu "melihat" kepentingan warganya dengan mampu menghitung secara cermat akan untung rugi biaya bagi pembangunan kekuatan pertahanan untuk melakukan fungsi kemaritiman dari armada laut yang harus dibangunnya versus biaya yang akan berdampak pada kesultanan dan masyarakatnya. Jika ia tidak membangun armada laut yang mumpuni untuk melakukan fungsi kemaritiman dan ekonomi yang harus dijaga nun jauh hingga ke Selat Malaka. 

3) Pati Unus Sosok Pekerja Keras dan Pantang Menyerah

Sepertinya strategi pada perang Malaka tahun 1512, Pati Unus menerapkan strategi yang pernah dilakukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih dalam perang untuk merebut Konstatinopel tahun 1453, dimana lawan dikejutkan oleh pasukan Muhammad Al-Fatih tiba-tiba sudah berada dihadapan mereka. Dengan demikian Pati Unus untuk menuju Malaka harus melewati rute berat yang tidak diperkirakan oleh lawan. 

Pada buku "Sejarah Nasional Indonesia III ( Nugroho Notosusanto,1993 : 50 )", disebutkan rute yang ditempuh pada saat Pati Unus menyerang Selat Malaka adalah : Pelabuhan Jepara, melewati perairan Selat Bangka, Selat  Berhala, perairan Riau, dan akhirnya menuju Selat Malaka. Sebelum sampai ke Selat Malaka, pasukan Pati Unus harus melaui Pulau Singkep yang terletak di sisi yang berlawanan dengan Malaka. Pada halaman 213-214 buku Suma Oriental, Pires menulis : Pati Unus berhasil melewati tempat ini dengan bantuan pasang surut air, karena angin terusan telah menghembus ke arah yang berlawanan dengan Malaka. Pada akhirnya ia berhasil mengubah keletihan itu menjadi angin segar dan pergi berlayar menggunakan jung. Tindakan berani ini pantas untuk dikenang.

Dari uraian tadi dapat kita ketahui, Pati Unus beserta pasukannya telah berhasil melewati medan yang sangat berat dan berhasil mengejutkan lawan. Akan tetapi naas, pada saat sudah berhadapan dengan lawan tiba-tiba datang amukan badai dan  topan menerjang kapal-kapal pasukan Pati Unus. Akan tetapi pasukan Pati Unus mencoba untuk terus melaju melawan arus hembusan angin tersebut. 

Sebenarnya pihak Portugis dengan melihat puluhan kapal jung pasukan Pati Unus yang berisi ribuan prajurit sudah bersiap untuk kalah. Hanya dikarenakan datang bantuan angin yang berhembus ke arah lawan maka mereka sangat terbantu oleh situasi alam tersebut, Kapal-kapal Pati Unus nampak terlihat banyak yang berjatuhan terkena amukan angin, begitu juga dengan ratusan perahu-perahu layarnya. Maka kesempatan tersebut tidak mereka sia-siakan, pasukan Portugis melancarkan serangan dengan membombardir kapal-kapal jung Pati Unus dengan tembakan-tembakan meriamnya. Akan tetapi yang mengejutkan, walaupun meriam-meriam tersebut tepat mengenai sasaran, ternyata kapal jung Pati Unus dan kapal jung sisa pasukannya tidak bisa ditembus oleh tembakan meriam milik pasukan Portugis.  

Dengan demikian, kemenangan pihak Portugis pada perang Malaka tahun 1511, bukan karena ketangguhan Portugis, melainkan dikarenakan atas kondisi alam yang sangat membantu mereka, dan hal tersebut kemungkinan tidak diperhitungkan oleh Pati Unus sebelumnya. Piha Portugis pun mengakui kemenangan tersebut bukan karena ketangguhan mereka seperti halnya yang ditulis oleh Tome Pires pada halaman 385 yaitu : "Tidak diragukan lagi, armada tersebut ( armada yang dipimpin oleh Pati Unus ) adalah armada terhebat yang pernah dilihat Portugal dan pejabat penting di Hindia. Meski begitu mereka tetap mengalamai kekalahan besar. Kemenangan ini bukan berada di tangan kita, melainkan di tangan Tuhan yang harus kita puja. Tuhan kita akan selalu memberikan keadilan".

Kita mempunyai leluhur yang sangat luar biasa. Akan tetapi, yang mengherankan ketokohan seorang Pati Unus tidak banyak diketahui oleh masyarakat kita saat ini, apalagi dijadikan suri tauladan. Sebagian saudara-saudara kita terutama warga muslim ironisnya justru terbius oleh cerita-cerita palsu serta cerita buah halunisasi yang diluar nalar sebagai manusia biasa, sehingga warga kita kehilangan kepercayaan diri dan lemah didepan orang-orang atau kelompok tertentu yang hanya bermodalkan klaim nasab, padahal nasab mereka itu sesungguhnya tidak jelas asal usulnya !

Sekali lagi saya ingatkan, Pati Unus itu leluhurmu, maka tidak pantas bagimu untuk dijadikan budak-budak para penjajah dengan mengatas namakan apapun di dunia !! 

( BERSAMBUNG ) Tema selanjutnya " Perang Sabil di Selat Malaka tahun 1521 dan Nasab Pati Unus berdasarkan literasi-literasi sezaman dan kitab-kitab atau sumber-sumber terpercaya "




Ket Foto:
HR Ahmad Suranagara 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama