Tantangan Zero Waste Zero Emission Indonesia




APIK INDONESIA NETWORK
(Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia)


Tantangan Zero Waste Zero Emission Indonesia


Memperingati Hari Lingkungan Hidup Dunia KLHK menggelar Festival Peduli Sampah Nasional 2023 
dengan tema Solusi Kurangi Sampah Plastik. Dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan Workshop Zero 
Waste Zero Emission, untuk sosialisasi dan mencari masukan penyusunan dokumen Zero Waste Zero 
Emission. Dalam tanggapannya, Mahawan Karuniasa, Ketua Umum Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan 
Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia Networtk) mengapresiasi penyusunan dokumen yang menjadi 
landasan penting urusan sampah dan kaitannya dengan pengendalian perubahan iklim khususnya 
agenda Net Zero Emission Indonesia.


Namun Dosen Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia tersebut juga memberikan beberapa catatan 
terkait finalisasi dokumen Zero Waste Zero Emission. Pertama, isu adaptasi perlu diintegrasikan dalam 
dokumen mengingat Badan Meteorologi Dunia menyatakan bahwa 1,5°C akan tertembus minimal 1 
tahun pada periode 2023-2027 ini. 

Seperti pembakaran sampah harus dihindari untuk mencegah 
kebakaran terutama hutan dan lahan. 

Buang sampah sembarangan juga dapat memperburuk bencana 
banjir. 

Kedua, upaya mitigasi gas rumah kaca global masih jauh dari cukup, diperkirakan tahun 2030 
masih ada selisih 20 Gigaton dari target maksimal emisi global sesuai Laporan UNEP yaitu 33 Gigaton, 
sehingga dokumen Zero Waste Zero Emission perlu disiapkan menghadapi berbagai dinamika negosiasi 
global.
Ketiga, implementasi konkret perlu direalisasikan, khususnya penanganan sumber sampah, yaitu rumah 
tangga, pasar, dan perniagaan. Selain itu, dihilir baik Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan 
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) banyak teknologi tersedia, namun membutuhkan investasi yang tidak 
sedikit. 


Persoalan sosial dan ekonomi perlu menjadi komponen utama dokumen Zero Waste Zero 
Emission, sehingga sejalan dengan agenda transformasi ekonomi nasional maupun upaya rapid 
transformation of societies sebagai syarat menghadapi krisis iklim yang sudah terjadi, demikian Mahawan Karunisah mentup tanggapannya.

Wahab/Red

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama