AKSI: Tutup Pintu Masuk Narkoba di Perbatasan Filipina-Indonesia



AKSI: Tutup Pintu Masuk Narkoba di Perbatasan Filipina-Indonesia



Ketua Umum Asosiasi Kabasaran Seluruh Indonesia (AKSI) Stephen Kabasaran Liow (SKL), mengingatkan pemerintah Indonesia harus mengawasi jalur masuk peredaran narkoba di Sulawesi Utara, baik jalur di Pulau Sulawesi maupun jalur perbatasan antara Indonesia dan Filipina.

Pernyataan itu disampaikan Steven K Liow, terkait makin menjamurnya peredaran narkoba yang dipasok dari para bandar lokal dan internasional. Selain itu, bertambahnya jumlah pengedar dan pemakai menjadikan narkoba sebagai salah satu persoalan besar karena melibatkan sejumlah pihak.

"Saya sebagai pembina budaya, adat, dan kearifan lokal Kawanua, sungguh prihatin terkait peredaran narkoba di Sulawesi Utara," kata Steven Liow di Manado, Minggu (16/4/2023).

Parahnya lagi, tambah Steven, peredaran narkoba tidak hanya melibatkan orang dewasa tapi telah merambah ke kalangan generasi muda (remaja-red.) yang menghancurkan masa depan bangsa.

Itu sebabnya perlu ada langkah tegas seperti represif terhadap pelaku yang terlibat dalam bisnis barang haram tersebut.

"Saya sebagai eks pemakai dan pengedar narkoba tentu tahu jalur peredaran illegal narkoba, yakni melalui jalur Tolitoli dan Kepulauan Sangihe," jelas Stephen.

Untuk jalur peredaran narkoba dari Toliloti, tambah Stephen Liow, para pengedar mendapatkan pasokan dari Jawa dan Kalimantan. Mereka menggunakan kamuflase babi hutan dan anjing yang dikirimkan dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara ke Sulawesi Utara.

Sedangkan untuk pasokan narkoba dari Filipina ke Indonesia dan dari Indonesia ke Filipina melalui perdagangan tradisional antara Kepulauan Sangihe dengan Filipina Selatan.

"Persoalan narkoba di perbatasan tentunya menjadi masalah baik bagi Indonesia maupun Filipina yang tentu harus menjadi perhatian kedua negara," Pungkas Kerua AKSI ini.

Yang menjadi persoalan pelik adalah justru penyelundupan narkoba memanfaatkan kegiatan perdagangan antar negara seperti ekspor kopra, minyak pala, rokok, ke Filipina. Sementara masyarakat memasukkan barang-barang dagangan seperti biscuit, minuman ringan, dan bahkan ayam aduan khas Filipina yang terkenal mahal di Indonesia.

Dalam kegiatan perdagangan tersebut, jaringan narkoba internasional tentu memanfaatkan pintu masuk berupa pelabuhan-pelabuhan kecil, termasuk Pulau Marore, yang menjadi persinggahan perahu-perahu kecil menuju General Santos di Filipina.

"Untuk membendung masuknya barang haram ke Sulawesi Utara, pihak berwenang Indonesia harus segera mengawasi pulau-pulau terluar yang berbatasan dengan negara Filipina dan mengambil tindakan tegas, yakni dengan menutup jalur-jalur perdagangan yang berpotensi menjadi pintu masuk peredaran narkoba," tegas Steven Kabasaran Liow. 

(Arthur Mumu/Red)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama