Nasab, Silaturrahiim dan Tegaknya Peradaban Diri
ANEKAFAKTA.COM,Tangerang
Oleh Mas Solehudin, Ketum Ormas DPP Babad Banten
Seandainya, setiap orang didunia ini mengetahui nasab dirinya secara detail dari bin siapa ke bin siapa serta mengetahui jalur kekerabatan dirinya dengan saudara yang lainnya barangkali dunia ini akan lebih asyik dan seru.
Barangkali, kita juga dengan gampang bisa memaklumi kekurangan saudara kita. Bahkan kita juga akan memaafkan semua kesalahan dan kekhilafan saudara kita. Tanpa perlu berfikir macam-macam atau berfikir riweh.
Barangkali, kita tidak perlu untuk membuat LP ke pihak berwajib hanya karena masalah sepele atau remeh temeh.
Kalau sudah begitu, barangkali Penjara yang dibuat oleh Penjajah yang bertujuan untuk memenjarakan dan menghinakan para pejuang dari para leluhur kita akan sepi dan kosong.
Barangkali, kita akan hidup dengan penuh cinta kasih. Tanpa perlu membuat pembatas pagar tembok rumah yang menjulang tinggi.
Barangkali, dengan begitu kita bisa hidup bertetangga dengan saling mengasihi, saling percaya, saling menjaga dan tentu saja saling rukun tentram tanpa khawatir apapun.
Karena kita tahu dan sadar kalau kita sebenarnya dan sesungguhnya berasal dari bapak ibu yang sama yaitu Adam alaihissalam dan Bunda Hawa Alaihassalam.
Ya, semua itu bisa menjadi kenyataan. Dan memang seharusnya begitu. Bukankah Tuhan dalam Alqur'an sudah menegaskan bahwa kita berbeda-beda untuk saling mengenal satu sama lain.
Selama diri kita sadar bahwa kita adalah Hamba Tuhan. Bukan dari hamba yang lain. Selama kita percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta semua makhluk dan tata jagad arsy ini maka sifat yang merusak yang bersemayam dalam diri kita seharusnya bisa kita lenyapkan.
Sifat yang merusak diri kita itu, orang-orang banyak, selalu menyebutnya dengan nama "syetan". Atau apa saja yang bisa menggambarkan sifat destruktif. Terserah saja mau nyebut apa.
Kita harus Sadar bahwa Kita adalah Hamba Tuhan atau Abdulloh. Sebab itu merupakan menifestasi kesadaran awal dari kemanusiaan kita.
Status apapun yang melekat di badan kita yang bersifat aksesoris duniawi pasti akan sirnah dan lenyap. Tidak ada yang abadi dan kekal di dunia ini kecuali kita bersama dengan Tuhan.
Sangat beruntung orang-orang yang tarikan napasnya tidak pernah lepas dari dzikrulloh. Dan Sangat beruntung orang-orang yang hidupnya sesuai dengan hukum dan aturan Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk memulai menjelajah khazanah dunia yang luas perlulah kiranya kita kudu mengenal diri kita terlebih dahulu.
Mengetahui nasab diri hingga tersambung kepada Abu Basyar Nabi Adam Alaihissalam dan Ummu Basyar Siti Hawa alaihassalam merupakan anak tangga yang penting. Sederhana tapi rumit. Rumit tapi sederhana. Untuk menjelajah itu perlu kesungguhan dan keseriusan.
Orang-orang tua kita dulu sering bilang, kalau rajin ngirim fatiha ke 7 leluhur kita saja, pasti kita sudah bisa menjadi orang sakti, sukses, dan memiliki kemampuan diatas rata-rata.
Tapi kita bukan bertujuan untuk itu. Tujuan utama kita adalah mengenal sejatine diri kita. Sehingga sadar bahwa kita adalah Hamba Tuhan yang terjaga hingga maut menjemput kita.
Untuk itu, rajin-rajinlah bersilaturrahiim kepada saudara-saudara kita. Siapa tahu dari situ Alloh SWT membukakan pengetahuan tentang nasab kita.
Sebenarnya, bila kita sudah mengenal diri kita, rajin silaturrahiim atau Rabithoh maka sesungguhnya kita sedang membangun Peradaban besar yang dimulai dari membangun peradaban dari dalam diri kita sendiri.
Ya, artefak peradaban besar yang kita lihat sekarang ini seperti Candi Borobudur, Gunung Padang, Prambanan atau yang lainnya merupakan wujud sejati dari tegaknya Peradaban besar yang ada di dalam diri kita sendiri.
Apa itu? Yaitu wujud dari Insan Kamil yang mukammil kita sebagai manusia.
Semoga Alloh meridhoi kita semua. Semoga Alloh mengampuni semua dosa-dosa kita. Alloh ridho, kita Ridho. Amiin. (TS101).
Posting Komentar