STT Banjar Sading Sari, Semangat Garap Ogoh-ogoh



STT Banjar Sading Sari, Semangat Garap Ogoh-ogoh

ANEKAFAKTA.COM,DENPASAR 

Meskipun hari raya Nyepi Saka 1945 masih dua bulan lebih, namun aktivitas pembuatan ogoh-ogoh oleh sekaa teruna teruni (STT) sudah tampak menggeliat. Seperti dilakukan STT Divta Yowana, Banjar Sading Sari, Desa Pemecutan Kelod, Kota Denpasar.

Menyambut Nyepi kali ini, pemuda Banjar Sading Sari mengangkat kisah pewayangan dalam ogoh-ogoh garapannya yang diberi judul “Aswamedha Yadnya”. Cerita ini terdapat dalam kisah Pewayangan Mahabharata. Aswamedha atau korban kuda merupakan tradisi ritual korban yang berasal dari zaman Veda sebagai simbol representasi kekuatan dan kekuasaan yang tertinggi atas raja-raja lain, yang merupakan taklukannya.

Penggarap I Gusti Agung Karmadhinata atau yang akrab disapa Degunk, mengatakan, penggarapan ogoh-ogoh sudah mulai dikerjakan sejak tanggal 27 Desember 2022 lalu. Setelah jadi nanti tinggi ogoh-ogoh itu diperkirakan mencapai 4,5 meter. “Saat ini penggarapan sudah mulai 60 persen,” ujar Degunk didampingi Ketua STT Divta Yowana, I Gusti Putu Gede Jaya Widyantara, Minggu (15/1).

Aswamedha Yadnya antara lain termuat dalam bagian ke-14 dari kisah Mahabharatha yang sering disebut dengan Astadasaparwa (Delapan Belas Parwa). “Dalam kisah pewayangan itu, disebutkan bahwa Aswamedha Yadnya merupakan upacara suci yang dilakukan oleh Panca Pandawa dengan mengorbankan seekor kuda putih sebagai sarana upacara. Konon upacara tersebut mampu membersihkan bumi dari kekotoran akibat dari kekalahan para Korawa dalam peperangan Baratayudha,” 

Menurut Ketua STT Divta Yowana, untuk pembuatan ogoh-ogoh ini, pihaknya menyiapkan anggaran sebesar Rp15 juta. Sumber dana berasal dari kegiatan bazar yang diselenggarakan STT Divta Yowana. “Setiap tahun kami memang selalu aktif pembuatan ogoh-ogoh, cuma vakum selama pandemi Covid saja,” ujarnya.

Berkaitan dengan teknis pengerjaan ogoh-ogoh, Karmadhinata atau Degunk mengungkapkan, selama liburan sekolah, ogoh-ogoh dikerjakan setiap hari. Oleh karena sekarang anak-anak sudah mulai bersekolah, jadi waktu bekerja pun kini dibatasi. “Kalau selama libur, kami bisa sampai jam 4 pagi garapnya,”

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama