Jakarta,anekafakta.com,
KADIN Regenerative Forest Business Sub Hub kembali menggelar rang kaian business workshopke-3 yang membahas pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam Indonesia untuk Obat Tradisional dan Modern.Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan dapat menghasilkan beberapa produk-produk,diantaranya adalah produk obat-obatan, agrokimia atau bahan baku industri.Keanekaragaman hayati tersebut yang dipadukan dengan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat lokal dapat menghasilkan produk-produk kesehatan yang bersifat organik.Hasil dari kearifan lokal tersebut dapat memacu kemandirian dengan menjadi subtitusi impor akan produk-produk kesehatandan mewujudkan kemandirian nasional akan kebutuhan obat-obatan. Sesuai dengan visi KADIN RFBSH sebagai salah satu wadah komunikasi antar sektor mulai dari hulu hingga hilir,maka dalam kegiatan ini akan mencoba mempertemukan
stakeholders-stakeholders terkait mulai dari hulu hingga hilir.Pertemuan antar stakeholders tersebut diharapkan dapat membuka peluang serta kesempatan antar satu sama lain untuk dapat memaksimalkan potensi yang sudah dimiliki,terlebih adanya dasar hukum UUNo.11tahun 2020 dan PPNo.23 tahun 2021.Pengusaha kehutanan dapat mendiversifikasikan usahanya menjadi Multi Usaha Kehutanan yang regenerative.Pada workshop kali ini secara spesifik mencoba membuka kesempatan dan merumuskan roadmap untuk produksi obat-obatan tradisional Indonesia yang dapat memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat serta kelestarian lingkungan dalam upaya mencapaitarget NDC 2030 Indonesia. Kegiatan yang berlangsung di Padang Room,The Westin Hotel Jakarta pada 20 Desember2022
Dr.Ir.AgusJustianto,M.Sc.,Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia,menyampaikan komitmen Pemerintah terhadap Regenerative Forest Business dan bagaimana implementasinya untuk produksi obat-obatan nasional.Kementerian Kehutanandan Lingkungan Hidup Indonesia,mendukung penuh program Regenerative Forest Business melalui multi usaha kehutanan sebagai upaya pengelolaan hasil huran bukan kayu. Silverius Oscar Unggul,Wakil KetuaUmum Bidang Lingkungan Hidupdan Kehutanan KADIN,memberikan pandangan KADIN Indonesia terhadap peluang serta tantangan Regenerative Forest Business dalam pemanfaatan SumberDaya Alam untuk Obat Tradisional dan Modern.Potensi kehutanan di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai pusat tanaman dan tumbuhan obat.Tanaman obat adalah tanaman yang bagian nya dapat dimanfaatkan sebagai obat,baik itu berupa daun,umbi,akar,buah, maupun bagian lainnya.Tanaman obat merupakan tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat baik dalam membantu memelihara kesehatan maupun pengobatan suatu penyakit.Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang telah di identifikasi dan diketahui berdasarkan pengamatan manusia memiliki senyawa yang bermanfaat untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit,melakukan fungsi biologis tertentu,hingga mencegah serangan serangga dan jamur.Oleh karena itu perlu penguatan didalam multiusaha kehutanan sebagai bisnis regeneratif,dimana memberikan Dr.Dra.Agusdini Banun Saptaningsih,Apt.,MARS.Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang akan menyampaikan agenda Kemeterian Kesehatan yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan obat-obatan bagi kebutuhan dunia farmasi yang berkaitan dengan sistem Regenerative Forest Business. Dijelaskan bahwa potensi dukungan sektor kehutanan dan pertanian terhadap ketersediaan bahan baku pembantu industri obat sesungguhnya cukup tinggi.Untuk itu dibutuhkan sinergi antar pihak terkait guna mewujudkan potensi tersebut."Kami menginis iasi pertemuan lintas sektor untuk meningkatkan sinergi antar pihak,baik antar Kementerian/Lembaga teknis terkait,Pemerintah Daerah,pelaku usaha farmasi,hingga riset dan pengembangan teknologinya",imbuhnya.Potensi industri farmasi maupun obat tradisional secara jumlah terus menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun.Karena itu Pemerintah menata kebijakan-kebijakan yang terkait, mulai dari hulu.Kebijakan percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan dilatar belakangi oleh Instruksi Presiden Nomor6 Tahun 2016 untuk menjamin ketersediaan farmasi dan alat kesehatan,sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan dalam rangka Jaminan Kesehatan Nasional.Selain itu juga bertujuan meningkatkan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan didalam negeri dan ekspor,disamping bahwa penguasaan teknologi dan inovasi dalam bidang farmasi dan alat kesehatan dengan tujuan mempercepat kemandirian dan pengembangan produksi obat/farmasinasional.
Dr.EviSafitriIriani,M.Si.Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO)yang akan berbicara terkait dengan kekayaan rempah Indonesia serta potensinya sebagai masa depan penghasil obat-obat serta sebagai sarana pengujian tanaman rempah dan obat di Indonesia.Indonesia memiliki keragaman biodiversitas ke-2 di dunia,10000 tanaman potensi untuk Kesehatan termasuk atsiri,Ada97 tanaman atsiri potensial,namun baru 25 yang sudah dikembangkan.Potensi hasil tanaman dan tumbuhan obat sangat tinggi baik yang dihasilkan melalui sistem budidaya pertanian maupun dari alam. Minyak atsiri merupakan metabolit sekunder campuran senyawa organik yang mudah menguap yang diperoleh dari bunga,buah,biji,daun,batang ataupun akar tanaman.Minyak atsiri digunakan terutama untuk wewangian,kesehatan dan kuliner.Minyak atsiriumumnya memiliki kemampuan sebagai antimicroba,antiviral,antimutagenic,anticancer,antioxidant, anti inflammatory,immunomodulatory,andantiprotozoalactivities.Olehkarena itu kami menguatkan riset tanaman rempah dan obat untuk mendukung rencana pemerintah terkait dengan kemandirian di bidang obat/farmasinasional.
Sari Pramadiyanti,Headof Business Unit Bintang Toedjoe Inovasi Natural,y ang akan membahas mengenai pemanfaatan jahe merah dalam industri obat-obatan herbal Indonesia.dalam kesempatan ini menyampaikan mengenai"Peluang Bisnis Rempah diIndonesia".Sebagai salah satu negara penghasil rempah terbesar didunia, Indonesia sudah tidak diragukan lagi di seluruh dunia.Komoditas rempahtermasuk komoditas yang berperan dalam kontribusib pembangunan ekonomi nasional. Indonesia berada pada peringkat enam dunia eskportir rempah dengan pangsa pasar6,03 persen setelah India(pangsapasar18,75persen),China(14,25persen), Vietnam(7,14persen),Madagaskar(6,47persen),dan Guatemala(6,37persen). Salah satu komoditas unggulan rempah Indoensia dan telah dimanfaatkan oleh PT. Bintang Toedje adalah Jahe Merah.
Bintang Toedjoe,merupakan industri farmasi dan obat tradisional yang berpengalaman,yang juga menggunakan rempah yakni jahe merah sebagai bahan unggulan dalam produk jadinya".Untuk bisa menjamin daya saing,makafaktorkualitas (quality),biaya (cost) & transportasi/pengiriman (delivery) menjadi faktor penting yang harus dipastikan pemenuhannya.
AriantoMulyadi,DirectorofCorporateCommunicationandSustainabililtyIndesso,yang akan berbicara terkait dengan rantai nilai astiri yangbberkelanjutan pada lingkungan dan juga sosial.Indesso mengembangan pola kerjasama antara industri hulu dan hilir.Industri hulu pengolahan minyak atsiri melibatkan petani,penyuling,pengepul dan perusahaanvpemasok. Sebagai penghubung,terdapat offtaker sebagai perusahaan manufaktur/eksportir. Sedangkan industri hulu,terhubung dengan Perusahaan Flavor& Fragranceserta Perusahaan Farmasi,Aromaterapi,Makanan-Minuman,Kosmetik,dll.Dijelaskan bahwa nilai ekspor tahunan komoditas atsiri mencapai>USD400juta,danIndonesia sebagai pemimpin pasar dunia komoditas Minyak Nilam,Minyak Cengkeh & amp;derivatnya,Minyak Pala,Minyak Sereh Wangi dll.Komoditas atsiri juga membantu pengembangan hidupnya industri kecil penyulingan tradisional.Saat ini yang tergabung dengan Indessober jumlah>3000tersebar diseluruh Indonesia.Selain itu terna atsiri di dapat dari tanaman budidaya maupun bukan budidaya(wildcollection).Setiap IK M menghidupi puluhan-ratusan petani,sehingga diperkirakan ada >200ribu petani terkait dengan komoditas atsiri.
Rud
Posting Komentar