UNEP MENDESAK: Agenda Politik Hadapi Katastropi Iklim


UNEP MENDESAK: Agenda Politik Hadapi Katastropi Iklim


Mencermati laporan United Nations Environment Programme (UNEP), yaitu Emissions Gap Report
maupun Adaptation Gap Report 2022, besar kemungkinan batas kenaikan suhu permukaan bumi 1,5°C
akan terlampaui, oleh karena itu, katastropi iklim telah didepan mata, butuh perubahan agenda politik 
untuk mengarahkan pola pembangunan yang adaptif dan berketahanan. Demikian diungkapkan 
Mahawan Karuniasa, perwakilan Indonesia sesaat setelah menyampaikan paparannya pada the 4th
Capacity Building Hub COP27 yang dilaksanakan secara hybrid dari Sharm El-Sheikh, Mesir, Rabu, 9 
November 2022. Acara diselenggarakan oleh Paris Committee on Capacity Building (PCCB) salah satu 
badan UNFCCC. 

Dalam paparanya, Mahawan Karuniasa selaku Ketua Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan 
Kehutanan Indonesia (APIK Indonesia Network) menyampaikan pengalaman Indonesia Menyusun
rencana aksi pengembangan kapasitas pengendalian perubahan iklim.

Dalam laporannya, UNEP mengingatkan bahwa emisi global tidak boleh melampaui 33 Giga ton Karbon 
dioksida ekuivalen pada tahun 2030 untuk menjaga agar kenaikan 1,5°C tidak terlampaui. 

Namun, 
diperkirakan emisi akan mencapai 58 Giga ton Karbon dioksida ekuivalen pada tahun tersebut, 
sedangkan komitmen NDC semua negara yang sudah disampaikan jika diimplementasikan hanya 
mengurangi 6 Giga ton saja. 

Kondisi ini akan meningkatkan dampak serta kerentanan kehidupan 
manusia. 

Disisi lain, UNEP mencatat dalam lamannya, bahwa upaya adaptasi menghadapi perubahan 
iklim sebagai too little and too slow. 

Dua Laporan UNEP ini ramai diperbincangkan para ilmuwan dunia di 
sosial media, kekhawatiran, bahkan amarah para ilmuwan semakin meningkat karena komitmen politik 
dan para pebisnis yang nampaknya jauh dari cukup merespon darurat iklim.
Tidak ada pilihan lain, mengikuti catatan UNEP, Indonesia juga perlu melakukan transformasi kehidupan 
masyarakat segera. 

Kita benar-benar akan menghadapi kondisi Bumi yang sangat berbeda, apalagi 
belum mempertimbangkan dampak dari polusi dan kepunahan spesies yang ratusan kali lebih cepat dari 
normal, tegas Mahawan Karuniasa yang juga pendiri Environment Institute.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama