IDAI Meminta Menghentikan Semetara Peresepan Obat Sirup


IDAI Meminta Menghentikan Semetara Peresepan Obat Sirup


Investigasi terus dilakukan untuk mengetahui pemicu peningkatan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GgGAPA) yang menyerang anak-anak di Indonesia. Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sudah membentuk tim khusus.

IDAI lewat surat edaran yang mengumumkan beberapa imbauan, baik untuk para tenaga kesehatan dan masyarakat. Bagi para dokter, diminta untuk menghentikan peresepan obat sirup.


Tenaga kesehatan menghentikan sementara peresepan obat sirup yang terduga kontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol sesuai hasil investigasi Kemenkes dan BPOM," tulis pengumuman IDAI.

Bila anak memerlukan obat sirup khusus, misalnya obat anti epilepsi atau lainnya, yang tidak dapat diganti sediaan lain, konsultasikan dengan dokter spesialis anak/ konsultan anak. Tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain seperti suppositoria atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi.

Untuk orangtua, juga diimbau tak membeli dan memberikan obat yang dijual bebas pada anak. Terutama obat sirup yang banyak digunakan untuk redakan nyeri dan demam.

"Masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kemenkes dan BPOM," pengumuman IDAI.

Para orangtua juga diminta tetap tenang dan waspada terhadap gejala GgGAPA. Salah satu gejala khasnya adalah berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil.

Kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia naik drastis selama Januari 2022 hingga Oktober 2022. Hal ini tak dipungkiri memunculkan kekhawatiran di kalangan orangtua.

Pasalnya, tim dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih mencari tahu penyebab utama gangguan gagal ginjal yang perburukannya terjadi sangat cepat ini. Untuk di Jakarta sendiri, menurut data resmi yang dipublikasi oleh Dinas Kesehatan Jakarta di akun Instagram @dinkesdki, kasus gagal ginjal anak akut paling banyak terjadi pada balita.

Jumlahnya dari periode Januari hingga Oktober 2022 mencapai 37 kasus. Sementara di usia 5 hingga 18 tahunnya terjadi 5 kasus.

Penyebab gangguan ginjal akun misterius tersebut ada beberapa yang sudah diketahui. Antara lain karena infeksi leptospirosis, influenzae, parainfluenzae, MISC/ long Covid19, virus CMV, virus HSV, bocavirus, legionella, shigella dan e.coli.

"Data surveilans kematian DKI Jakarta tidak ada kenaikan tren kematian pada balita dan anak di DKI Jakarta pada tahun 2022 dan tidak ada kenaikan kematian pada balita dan anak dikarenakan gagal ginjal akut," tulis keterangan dari Dinkes DKI.

(Heddot/Red)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama