Bukan Kematian Ulama Yang Dikhawatirkan, Tapi Ketiadaan Regenerasi Ulama
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Kepala Lembaga Peradaban Luhur (LPL)
Ketika ada seorang ulama wafat, terutama banyak sekali ulama yang wafat secara beruntun selama masa pandemi Covid-19 ini, banyak orang Islam yang berpandangan bahwa sedang terbuktinya dua hadits Rasulullah SAW, Yang pertama, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim tentang diangkatnya ilmu keislaman dari umat Islam sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh dan Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan. Juga tergenapinya hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori tentang salah satu tanda hari kiamat ,yaitu diangkatnya ilmu dan teguhnya kebodohan.
Dan pandangan tersebut, menurut saya, ada kekeliruan dari sebagian umat Islam dalam memahami kedua hadits di atas yaitu bahwa kedua sabda Rasulullah SAW tersebut bukan untuk membuktikan dan bukan saatnya isi dan maksud dari kedua teks hadits tesebut terjadi, tergenapi, yang disebabkan telah banyaknya ulama yang wafat. Tetapi kedua hadits terseebut merupakan peringatan bagi umat Islam dan ulama yang masih hidup untuk tidak lalai, harus lebih giat dan serius dalam melakukan regenerasi, kaderisasi, ulama yang bekualitas dan miliki kompetensi yang tinggi sehingga ilmu keislaman tidak jadi diangat atau hilang dari umat Islam dan salah satu tanda kiamat tidak terjadi.
Dikarenakan jelas, sudah menjadi ketetapan Allah, sunnatullah, bahwa ulama juga manusia biasa, mortal, sehingga pasti mengalami kematian, cepat atau lambat, karena pandemi atau tidak karena pandemi. Dan banyaknya ulama yang wafat secara beruntun bukan hanya kali ini saja. Sejak peristiwa perang Yamamah, Jamal dan perang Shiffin, perang antara sesama sahabat Rasulullah SAW yang merupakan Al-Fitnatul Kubro, fitnah yang paling besar dalam sejarah umat Islam, banyak ulama dari kalangan sahabat yang tewas terbunuh.
Peristiwa yang paling dahsyat adalah saat serbuan pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan ke jantung kekuasaan kekhilafahan Abbasiyah di Kota Baghdad pada tahun 1258 M. Serbuan ini bukan saja meruntuhkan Kekhalifahan Abbasiyah, tetapi banyak sekali ulama terbunuh. Dikisahkan, pasukan Mongol ini membunuh banyak ulama, cendekiawan, membunuh imam-imam masjid dan penghafal-penghafal Alquran, masjid, sekolah dan segala aktivitas keilmuan berhenti total. Perpustakaan yang merupakan gedung ilmu dihancurkan dan buku-buku yang ada di dalamya dibakar dan dibuang ke sungai Tigris. Saking banyaknya buku yang dibuang di sungai Tigris. Konon, dilaporkan bahwa air Sungai Tigris menjadi berwarna hitam sekelam tinta pada hari pelemparan buku-buku dari berbagai perpustakaan ke sungai tersebut. Pertanyaannya, apakah dengan peristwa dahsyat ini, yang ulama banyak sekali terbunuh dan kitab-kitab terbakar habis dan hancur di sungai Tigris, konon hanya kitab Ihya Ulumidin karya Imam Al-Ghazali yang terselamatkan, lalu serta merta ilmu keislaman diangkat, hilang dari umat Islam dan salah satu tanda kiamat tergenapi?
Jawabannya jelas tidak karena setelah itu generasi ulama muncul kembali dan kitab-kitab keislaman kembali banyak diterbitkan karena umat Islam dan ulama yang tersisa sangat gigih melakukan regenerasi, kaderisasi ulama.
Begitu pula dengan wafatnya ulama karena pandemi. Bukan kali ini saja, saat pandemi Covid-19, banyak ulama yang wafat, tetapi sudah sejak lama juga berkali-kali tejadi pandemi, telah menewaskan juga banyak ulama. Lalu apa juga serta merta ilmu keislaman diangkat, hilang dari umat Islam dan salah satu tanda kiamat tergenapi? Jawabannya sekali lagi jelas, yaitu tidak!
Akhir kalam, untuk para ustadz, mubaligh, janganlah berceramah yang terkesan menakut-nakuti, yang membuat umat berpandangan keliru tentang banyaknya ulama yang wafat, terutama di masa pandemi Covid-19 ini sehingga umat menjadi makin sedih, pesimis, putus asa, apalagi banyak umat lagi merana karena kesulitan ekonomi dan pendidikan akibat dari pandemi Covid-19 yang masih belum jelas kapan berakhirnya.
Berikanlah ceramah yang membangkitan optimisme, harapan dan kebahagiaan. Memang ketika ada ulama yang wafat bahkan banyak ulama yang wafat di masa pandemi Covid-19 ini umat Islam harus bersedih, namun kesedihan itu harus dibalas dengan kerja keras bersama ulama yang masih ada untuk melakukan regenerasi, kaderisasi, agar kedua sabda Rasulullah SAW tersebut tetap menjadi peringatan yang tidak terjadi.
Red/anekafakta.com
Posting Komentar